Ketika Gatot Nurmantyo Turun Pangkat Jadi Sekadar Calon Gubernur

Selasa, 2 Januari 2018 | 07:47 WIB
0
339
Ketika Gatot Nurmantyo Turun Pangkat Jadi Sekadar Calon Gubernur

Politik itu seni menghitung dan menimbang-nimbang, termasuk di dalamnya seni memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Jika semula digadang-gadang sebagai salah satu calon presiden pada Pilpres 2019, tetapi dikarenakan momen itu masih cukup lama, apa boleh buat kesempatan yang ada di depan mata harus dipertimbangkan untuk diambil terlebih dahulu.

Demikian pengambaran yang pas untuk mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat namanya ramai diperbincangkan di politik lokal Jawa Tengah sebagai salah satu kandidat calon gubernur yang akan melawan gubernur petahana Ganjar Pranowo dan Sudirman Said.

Adalah Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan Kota Solo, Jawa Tengah yang menggelindingkan dukungan terhadap Gatot Nurmantyo untuk maju sebagai calon gubernur dalam Pilkada Jawa Tengah tahun 2018, sebagaimana dikemukakan Wakil Ketua DPC PPP Kota Solo, Johan Syafaat.

[irp posts="5307" name="Jenderal Gatot Nurmantyo di Mata Setara Institute"]

Johan beralasan, PPP Kota Solo mendukung mantan Panglima TNI tersebut karena Gatot Nurmantyo merupakan putra daerah setempat, yaitu kelahiran Tegal, Semarang, sehingga lebih dikenal masyarakat di Jawa Tengah.

"Pak Gatot kan orang asli Jawa Tengah. Sehingga warga masyarakat di Jawa Tengah tidak asing dengan beliau. Beliau juga dengan masyarakat di Jawa Tengah," kata Johan dalam penutupan Latihan Kepemimpinan Kader Tingkat Dasar (LKKD) DPC PPP Kota Solo, Minggu 31 Desember 2017 sebagaimana dikutip Kompas.com.

Hal senada diungkapkan Ketua Umum PPP Romahurmuzy yang mengatakan, pertimbangan PPP bergabung dalam koalisi Partai Demokrat dan Partai Golkar dalam mencalonkan Gatot Nurmantyo karena yang bersangkutan orang Tegal. "Kalau Pak Gatot setuju, bisa saja wakilnya dari kalangan Nahdiyin," ujarnya kepada Viva.

PPP tentu tidak bisa sendirian mengusung Gatot Nurmantyo tersebab kursi yang diperoleh PPP tidak mencukupi. Namun kekuatiran ini ditepis Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PPP Jateng, Masrukhan Syamsurie, yang mengatakan PPP akan berkoalisi dengan lain seperti Partai Golkar dan Partai Demokrat. Ia menyebutnya sebagai "Poros Tengah" untuk menghadapi Pilkada Jateng 2018.

Sekretaris DPW PPP Jateng, Abdul Syukur, mengatakan partainya tetap optimistis koalisi "Poros Tengah" ini bisa berhasil di Pilgub mendatang.

Wakil Ketua DPD Partai Demokorat Jateng, Tety Indarti, menilai dunia politik selalu dinamis. Masih ada peluang kemungkinan yang bisa terjadi. Terlebih partainya sudah menyiapkan sejumlah nama yang digadang-gadang mampu menyedot perhatian warga Jateng. Satu di antaranya Gatot Nurmantyo.

“Pak Gatot ini punya peluang bagus. Apalagi sepertinya Jateng rindu dipimpin gubernur dari kalangan militer,” kata Tety Indarti sebagaimana diberitakan Tribunnews.com.

Sekretaris DPD Partai Golkar Jateng Ferry Wawan Cahyono menambahkan, kehadiran koalisi baru yang disebut "Poros Tengah" dengan memunculkan pasangan calon pada Pilgub mendatang bukan persoalan kalah atau menang, tetapi yang terpenting adalah memberikan pendidikan politik kepada warga Jateng.

[irp posts="4488" name="Tiga Lembaga Survei Ukur Popularitas Panglima TNI Gatot Nurmantyo"]

Jika "Poros Tengah" ini terbentuk, jumlah kursi yang diraih PPP, Partai Golkar dan Partai Demokrat sudah lebih dari cukup syarat minimal 20 kursi untuk mengusung pasangan calon, yakni 27 kursi. Rinciannya; PPP 8 kursi di DPRD Jateng, Golkar 10 kursi, dan Demokrat 9 kursi.

Sejauh ini belum ada tanggapan dari Jenderal Gatot Nurmantyo sendiri. Jika bersedia, tentu saja Gatot akan meramaikan bursa pemilihan gubernur Jawa Tengah yang akan melawan Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah saat ini dan Sudirman Said yang disorong koalisi "Trio Kwek Kwek" Gerindra-PAN-PKS. Sedangkan Ganjar sejauh ini masih kader PDI Perjuangan.

***

Editor: Pepih Nugraha