Akun Facebook saya, “Asyari Usman”, dibekukan oleh manajemen media sosial ini gara-gara memuat tulisan tentang gerakan LGBT (kaum homoseksual) di Indonesia. Tulisan itu saya unggah (upload) di sekitar tanggal 20 Desember 2017. Tulisan yang berjudul “LGBT: Angka-angka, Gerekan, dan Proyeksi ke Depan” itu berisi data (angka) tentang estimasi jumlah komunitas homoseks di Indonesia dan tentang gerakan mereka.
Tulisan yang berdata itu saya sajikan dengan metode “preview” mengenai kekuatan gerakan pengrekrutan LGBT di Indonesia. Tidak ada fitnah, tidak ada kebencian, tidak ada unsur SARA. Kalimat yang paling ektrem yang saya tulis di situ lebih-kurang adalah “Sungguh tidak bisa dibiarkan”, atau “Kita semua tidak bisa lagi berpangku tangan”, dan beberapa kalimat lain yang sifatnya normatif. Tidak ada hasad, tidak juga hasut. Hanya sebagai “whistle blower”, kalau pun iya.
Setelah akun pertama itu dibekukan, saya membuat akun pengganti dengan user name “Asyari Usman II”. Akun baru ini pun langsung ditutup oleh Facebook dengan alasan tidak boleh memiliki akun ganda.
Secara keseluruhan saya akui bahwa artikel tentang LGBT itu memang memihak kepada masyarakat, terutama kaum muslimin, lebih khusus lagi kalangan remaja yang bakal menjadi korban kampanye ekspansi populasi LGBT. Saya memang memihak kepada calon korban epidemi gerakan penyebarluasan LGBT. Saya memang ingin menyampaikan pesan kepada khalayak bahwa gerakan LGBT, khususnya homoseksual, akan semakin besar dan intensif.
[irp posts="6861" name="Politisasi LGBT"]
Pemihakan ini bukan tanpa dasar. Pemihakan ini merupakan kewajiban saya untuk mengingatkan dan memperingatkan khalayak tentang bahaya besar yang sedang mengancam. Pemihakan ini merupakan bagian dari upaya penegakan nilai-nilai Pancasila, termasuk norma-norma keagamaan dan adat-istiadat. Lebih khusus lagi, pemihakan kepada seluruh rakyat Indonesia yang tidak akan pernah rela anak-anak mereka berubah menjadi pelaku homoseks gara-gara jebakan dan bujuk-rayu gerakan LGBT.
Sekarang, kita lihat posisi Facebook. Di manakah media sosial ini berdiri? Dari tindakan pembredelan akun saya, Facebook jelas sekali berpihak kepada gerakan LGBT. Tidak perlu penelitian atau survei yang panjang untuk menyimpulkan “stand point” (sikap) Facebook. Mereka lebih mengutamakan proteksi untuk kaum LGBT dan gerkan mereka ketimbang perlindungan bagi anak-anak remaja yang sangat rentan menjadi mangsa predator homoseks.
Menurut hemat saya, Facebook Indonesia, yang sangat banyak mengaut keuntungan finansial dari kehadirannya di negeri ini, wajib tunduk pada kaidah hukum dan norma sosial-keagamaan yang berlaku di Indonesia. Facebook tidak boleh menerapkan standar yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, termasuk sila Ketuhanan dan Keberadaban.
Sila Ketuhanan adalah sila keagamaan; sila keagamaan itu salah satu dan yang paling utama adalah norma-norma Islam sebagai agama yang terbanyak penganutnya di Indonesia. Tentunya juga norma-norma Kristen, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Sila Keberadaban adalah nilai-nilai luhur bangsa yang bersumber dari norma-norma adat yang tersebar di seluruh pelosok NKRI.
Dengan kebijakannya yang memberikan perlindugan total untuk gerakan LGBT, Facebook secara gamblang menunjukkan bahwa mereka tidak menghiraukan nilai-nilai Pancasila. Mereka mengabaikan keresahan umat bergama terhadap ekpansi gerakan LGBT yang berlangsung dengan sangat agresif.
Facebook Indonesia kelihatannya tidak peduli kalau generasi muda (remaja) Indonesia dirusak oleh gerakan LGBT. Sebaliknya, mereka sangat peka terhadap artikel-artikel atau status yang mengkritik perilaku seksual yang menyimpang itu. Facebook Indonesia tidak berpikir lama untuk membredel akun-akun yang tak sesuai dengan selera LGBT.
[irp posts="6766" name="Sewa Rahim untuk LGBT, Alternatif Kehamilan yang Tak Manusiawi"]
Karena itu, kita semua harus berdiri tegak melawan sikap arogan Facebook itu. Mereka tidak boleh sesuka hati membredel akun yang berseberangan dengan gerakan LGBT. Facebook Indonesia wajib menghormati Pancasila dan wajib melindungin anak-anak rejama Indonesia yang telah, sedang, dan akan terus dijadikan mangsa oleh kaum homoseks.
Dengan membredel akun-akun yang kontra-LGBT, Facebook Indonesia telah mengkhianati para orang tua, mengkhianati anak-anak remaja yang masih belum mengerti dampak buruk homoseksual. Dengan menghapus postingan yang membahas LGBT, Facebook Indonesia menunjukkan bahwa mereka lebih suka moral bangsa Indonesia hancur-lebur oleh gerakan kaum seks sesama jenis.
Sekali lagi, Facebook meraup keuntungan besar dari operasinya di Indonesia. Karena itu, mereka tidak seharusnya melindungi gerakan LGBT melainkan wajib ikut memproteksi gerenasi muda Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews