Moreno? Seriuslah Hadapi Pilkada Jatim 2018 Ini, Jenderal!

Senin, 25 Desember 2017 | 08:29 WIB
0
220
Moreno? Seriuslah Hadapi Pilkada Jatim 2018 Ini, Jenderal!

Ketika Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto mencalonkan Mantan Mendikbud Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, publik mengapresiasi keputusan mantan Danjen Kopassus itu.

Kejelian dan kecerdasan Prabowo benar-benar terbukti dengan terpilihnya pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2022. Prabowo tentu tidak mau mengulang “kesalahan” lagi masa lalu.

Kesalahan yang dimaksud di sini adalah ketika Gerindra berkoalisi dengan PDIP mengusung Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Belakangan, keduanya telah “berkhianat” kepada Prabowo, kan?

Mantan Walikota Solo itu kemudian menjadi rival Prabowo dalam Pilpres 2014 meski sudah ada “Perjanjian Batutulis” dengan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Begitu pula, Ahok yang “meninggalkan” Gerindra juga, bergabung dengan PDIP.

Namun, beruntung, berkat kejelian dan kecerdasan Prabowo dalam memilih bakal calon dari Gerindra bersama PAN dan PKS, akhirnya Pilkada DKI Jakarta itu dimenangkan oleh Anies – Sandi, meski didahului dengan pertarungan yang melibatkan umat Islam.

Diakui atau tidak, Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu telah menjadi “panggung” politik bagi Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylvia Murni yang diusung Partai Demokrat, PAN, dan PKB. Ini yang mungkin saja oleh Gerindra dijadikan contoh untuk Moreno Soeprapto.

[irp posts="6530" name="Pangkostrad Edy, Tirulah AHY Yang Memberi Contoh Politik Beretika!"]

Mantan pembalap yang terpilih sebagai anggota DPR RI dari Gerindra itu dikabarkan bakal diusung Gerindra untuk maju sebagai bacagub Jatim 2018. Namun, sayangnya, “pengenalan” Moreno itu belum disertai dengan surat rekomendasi resmi dari Gerindra.

Makanya, selama belum ada rekomendasi dari Gerindra, masih sulit dipercaya betul apa memang Moreno itu sudah ditetapkan (melalui SK tentunya) Gerindra sebagai bacagub Jatim 2018 nanti. Kalau belum, ya ini hanyalah test the water, belum tentu benar.

Seperti halnya ketika nama Moh. Mahfud MD dan La Nyalla Matalitti yang pernah mendapat “surat tugas” dari Prabowo untuk mencari koalisi seperti PAN dan bacagubnya yang ternyata hingga batas waktu yang ditentukan belum juga berhasil mendapatkannya.

Setelah La Nyalla “gagal” maju melalui Gerindra, nama Mahfud MD sempat dimunculkan sebagai bacagubnya oleh pejabat Gerindra, dengan pernyataan bahwa pihak Gerindra sudah melakukan “komunikasi” dengan Mahfud MD. Tapi, tak ada kelanjutannya.

Seperti ditulis Kompas.com, Sekretaris DPD Gerindra Jatim, Anwar Sadad mengaku, sudah menjalin komunikasi dengan Mahfud MD terkait Pilkada Jatim. Namun, komunikasi yang dibangun bersifat biasa saja. Ia punya hubungan dekat dengan Gerindra.

“Komunikasi sih biasa saja gak ada komunikasi strategis. Komunikasi dengan beliau ya saya kira sudah dilakukan oleh DPP dalam hal ini. Karena Pak Mahfud juga punya hubungan baik dengan kita, beliau mantan ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta,” kata Sadad di Surabaya, Kamis 14 Desember 2017.

Seperti halnya Gerinda yang sudah menetapkan Sudirman Said pada Pilkada Jateng 2018 sebagai bacagub, Prabowo bisa mengambil langkah strategis dengan mengusung Mahfud MD, mantan Menteri Pertahanan era Presiden Abdurrahman Wahid.

Hasil survei Lembaga Surabaya Survey Center (SSC) menunjukkan, Mahfud MD yang tidak pernah dikaitkan dengan Poros Emas, justru dianggap publik layak untuk menjadi bacagub. Mahfud MD bahkan menduduki posisi pertama dengan capaian 18,3 persen.

Ketua Kadin Jatim La Nyalla yang selama ini santer disebut dekat dengan Poros Emas, pada hasil survei ini berada di posisi kedua dengan raihan 15,4 persen. Sementara Yenny Wahid berada di posisi ketiga dengan 11,9 persen. Itulah hasil surveinya.

Jadi, jelas, jika dibandingkan dengan Moreno, nama Mahfud MD itu lebih mempunyai “nilai jual” yang cukup tinggi di atas La Nyalla maupun Yenny Wahid. Nah, mengapa sekarang ini Gerindra justru menawarkan mantan pembalap Moreno, Jenderal?

Mengapa Gerindra tidak menawarkan tokoh sekelas Mayjen (Purn) Sudrajat (Pilkada Jabar), Sudirman Said (Pilkada Jateng), dan Letjen TNI Edy Rahmayadi (Pilkada Sumut), sebagai bacagub Jatim 2018? Dua kandidat bacagub lainnya “orang kuat”.

Dan, kedua bacagub Jatim – baik Saifullah Yusuf (Wakil Gubernur Jatim) dan Khofifah Indar Parawansa (Menteri Sosial RI) – yang sekarang ini punya basis massa yang kuat di kalangan Nahdlatul Ulama. Sehingga, Gerindra tidak boleh sembarangan.

Kalau Mahfud MD tidak bersedia, Gerindra masih bisa mengusung Dahlan Iskan, mantan Menteri Negara BUMN. Raja Media asal Magetan ini layak jadi bacagub karena ia pernah memenangkan Konvensi Partai Demokrat jelang Pilpres 2014.

Atau, kalau Dahlan Iskan juga tidak bersedia, Gerindra bisa menurunkan mantan Pangdam V Brawijaya. Syukur-syukur calonnya ini juga mantan Panglima TNI. Bacagub Sumut saja oleh Gerindra diambilkan dari “Bintang Tiga”, masa’ Jatim pembalap?

Apa mungkin Gerindra ingin “menyaingi” Emil Dardak, Bupati Trenggalek yang digandeng  Khofifah sebagai bacawagubnya dari Partai Demokrat yang sama-sama gantengnya? Ingat, Pilkada Jatim 2018 bukan kontes idol-an atau ganteng-gantengan!

Apapun yang dilakukan Prabowo harusnya dipikirkan secara jernih, bukan dibuat semacam mainan. Karena, ini menyangkut hajat hidup orang banyak, terutama rakyat di Jatim. Rakyat bukan barang mainan seperti mobil yang tinggal nyalakan mesin.

Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah PAN bersedia bergabung dengan Gerindra untuk mengusung Moreno, meski ditawari posisi bacawagubnya? Seperti dikutip Kompas.com, kini  Gerindra berharap bisa memasangkan Moreno dengan Suyoto.

Suyoto adalah kader PAN yang kini menjabat Bupati Bojonegoro periode kedua. “Kita harap Bupati Bojonegoro yang jadi wakil gubernur,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad kepada Kompas.com, Sabtu 23 Desember 2017.

Partai Gerindra saat ini memiliki 13 kursi DPRD Jatim. Sementara PAN mempunyai 7 kursi. Apabila berkoalisi, kedua partai ini mengantongi 20 kursi, pas dengan syarat minimum untuk mengusung pasangan calon dalam Pilgub.

Seperti halnya Anwar Sadat yang mengatakan Gerindra sudah melakukan komunikasi dengan Mahfud MD, Sufmi Dasco juga mengatakan, komunikasi intensif antara Gerindra dan PAN saat ini terus dilakukan. Semoga ini juga bukan test the water.

[irp posts="5926" name="Sudirman Said, Suksesor Jakarta Uji Nyali di Jawa Tengah"]

Ketua DPP PAN Yandri Susanto membenarkan bahwa ada kemungkinan untuk menduetkan Moreno dan Suyoto. Semuanya akan tergantung dengan komunikasi lanjutan dan dinamika politik yang terjadi di Jatim. “Komunikasi PAN-Gerindra untuk Pilkada Jatim sangat baik,” kata dia.

Sufmi Dasco memastikan, Moreno sudah mendapat restu dari Prabowo untuk mencalonkan diri sebagai cagub Jatim. Moreno adalah mantan pembalap dengan prestasi cemerlang, baik di tingkat nasional maupun internasional. Moreno sosok ideal generasi milenial Indonesia.

Selama di DPR, dia banyak memberi kontribusi untuk perumusan kebijakan-kebijakan fraksi yang senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat. “Selain itu, Moreno juga memiliki akar yang kuat di Jatim karena keluarga besar ayahnya memang asli Jatim,” kata Dasco.

Pada Pemilu 2014 lalu, kata Sufmi Dasco, Moreno yang baru pertama kali ikut kontestasi langsung terpilih karena memperoleh suara yang sangat signifikan, yaitu lebih dari 52.000 suara di Daerah Pemilihan Jawa Timur V, yaitu Malang Raya.

Semoga niatan untuk mengajukan Moreno sebagai bacagub Jatim 2018 nanti itu bukan karena tingkat kecelakan lalu-lintas di Jatim sudah terbilang cukup tinggi secara nasional. Atau hanya sekedar menyindir Demokrat karena mengusung Emil Dardak, figur yang sama-sama dari generasi milenial, generasi zaman now?

***