Gencarnya aneka kriminalisasi, persekusi dan perlakuan semena-mena kepada para tokoh dan sejumlah elemen Islam kian memicu kemarahan umat.
Andai para ulama, ustad dan aktivis masjid tidak giat mengoreksi bobroknya rezim Jokowi, mereka tidak bakal diperlakukan secara keji. Itu intinya!
Wajar bila muncul persepsi rezim Jokowi makin represif dan kehilangan akal sehat. Tegasnya diduga terlibat menjadi aktor utama di balik gerakan anti Islam.
Merujuk pada rangkaian peristiwa penistaan terhadap tokoh-tokoh Islam, tampak begitu jelas korbannya adalah mereka yang bersuara kritis terhadap penguasa.
Mulai dari kasus kriminalisasi Habib Rizieq, pembubaran HTI hingga tindakan persekusi terhadap ustad Abdul Somad, membuat sorotan umat tertuju pada rezim Jokowi.
Terlebih, lakon Jokowi terlihat makin sempurna berperan sebagai petugas partai. Sehingga sikap negarawannya nyaris pudar dan bertindak semaunya.
[irp posts="5601" name="Jusuf Kalla Tahu Luhut dan Jokowi Bakal Khianati Titiek Soeharto"]
Jika kekuasaan negara telah dikendalikan oleh petugas partai, hasilnya presiden bekerja atas arahan dan kemauan kekuatan di belakangnya.
Bila kelompok penyokong Jokowi punya kerjasama strategis dengan Partai Komunis Cina, maka sudah pasti umat Islam akan menjadi musuh utama.
Kekhawatiran tersebut, suka atau tidak, telah memosisikan rezim Jokowi sebagai penguasa yang dianggap berbahaya bagi kelangsungan bernegara.
Fakta ketidakberpihakkan rezim Jokowi kepada kepentingan negara dan rakyat, sulit dinafikan. Begitu banyak kegaduhan dan segala rupa ketidakadilan dipertontonkan.
Termasuk kian resahnya kehidupan umat beragama, di mana umat Islam sebagai mayoritas di negeri ini semakin difitnah dengan stigma intoleran, anti Pancasila dan sebagainya.
Lebih spesifik, terkait kasus yang menimpa ustad Abdul Somad kian memberi indikasi kuat bahwa rezim Jokowi lebih berpihak pada kelompok terkait dan mengabaikan hak serta kebebasan umat Islam.
Celakanya tindakan persekusi pada ustad Abdul Somad, seolah direstui oleh penguasa. Dugaan itu tercermin dari sikap sinis dan bungkamnnya Jokowi. Tegasnya, ulama dihinakan, penguasa tutup mata!
Bila Jokowi tidak berpihak pada satu kelompok yang berbau komunis, seyogianya berbesar hati meminta maaf kepada umat Islam, terlebih kepada ustad Abdul Somad dan para ulama yang telah menjadi korban kriminalisasi.
Sehingga kegusaran umat tidak berlanjut lantaran menduga Jokowi sebagai dalang di balik serangan keji terhadap para tokoh Islam yang mengambil posisi kritis terhadap penguasa.
Namun sepertinya sikap bijak itu mustahil dilakukan oleh presiden yang terlanjur bertindak sebagai petugas partai. Kalaupun terlihat dekat dengan umat Islam, hanyalah pura-pura demi target pencitraan semata.
Faizal Assegaf, Ketua Progres 98
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews