Beberapa kenyinyiran pembenci Anies-Sandi bermunculan dengan meme-meme yang garing dan gak lucu. "Yang penting se-iman walaupun kebanjiran" dan lain-lain. Gak ngerti juga apa kaitannya iman dengan banjir.
Lalu ada pesan WA, yang intinya menyatakan, banjir kemaren karena ada 4 pompa mati dari 6 pompa dan sudah belangsung selama 8 minggu. Laporan pompa mati sudah dilaporkan ke pejabat terkait namun tidak direspon sehingga berdampak pada banjir di beberapa wilayah Jakarta Selatan dan sekitarnya. Pak Anies marah, meminta Kepala Dinas terkait untuk segera menyikapi kelalaian ini.
Menyimak penjelasan diatas, ada 2 hal penting yang menjadi perhatian. 1. Kontrol atau pengawasan intern birokrasi dilingkungan Pemda DKI. 2. Peningkatan pengawasan lingkungan rentan bencana.
1. Kontrol dan pengawasan birokrasi memang seharusnya sesuai SOP, namun untuk beberapa bagian fungsi pengawasan harus dibawah Gubernur/Wakil Gubernur. Seperti pengawasan orang lapangan yang berfungsi menyidak peralatan penanggulangan banjir.
Selain dilaporkan ke pimpinan di atasnya, sebaiknya laporan diteruskan ke Gubernur yang berperan sebagai pengawas. Minimal informasi "failed" instrumen lapangan dapat diketahui dan bisa mengambil kebijakan dengan cepat. SOP pelaporan ini seharusnya bisa dimediasikan dengan penerapan teknologi informasi.
2. Selain memberdayakan mesin birokrasi organisasi di Pemda DKI, sebaiknya mulailah menerapkan konsep Smart City. Dimana beberapa kondisi lingkungan di wilayah Pemda DKI dipasang alat Electronic Controller. Setiap peralatan yang mengalami gagal fungsi langsung sampai ke Dashboard Gubernur dan Wakil Gubernur. Teknologi seperti ini, sekarang sangat mudah.
Banyak instrument kontrol mampu memberikan informasi saat itu juga. Semua aktifitas perangkat dapat di monitor jarak jauh melalui jaringan komunikasi data. Sehingga sebelum terjadi siklus cuaca atau kondisi extra, Gubernur dapat segera menyikapi dan mempersiapkan organisasi di bawahnya untuk segera bergerak me-recovery bahkan mengantipasi dampak sebelum bencana terjadi.
[irp posts="5296" name="Partai Politik di Jakarta Bakal Tambah Kaya Berkat Anies Baswedan"]
Saya kira mulailah mengkritik dengan konstruktif, dan jika mampu berikan solusi dan argumentasi. Dan belajarlah untuk tidak mengikuti dari kebiasaan buruk Gubernur sebelumnya, di mana kegagalan dalam memberikan layanan malah mengkambinghitamkan pihak lain, tanpa mau intropeksi diri.
Selain dari itu, mengkritik dengan nyinyir dikaitkan keagamaan malah semakin menjijikan, jauh dari kapasitas intelektual dan hanya mempertontonkan kebodohan yang paling dalam.
**
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews