Kita terawang konstelasi Cagub dan Cawagub Jawa Barat 2018. Setelah kekalahan Ahok di Jakarta, koalisi yang dipimpin PDIP sepertinya megalami "kegalauan" atau pura-pura galau.
Setidaknya ada 3 kelompok yang sudah menentukan pasangan sementara.
Pasangan Pertama: Dedy Mulyadi (ketua DPD Golkar Jabar) dengan Puti Sukarno (PDIP). Inilah pasangan yang bermain di luar skenario partai. Ketua partai malah nyebrang ke partai lain.
Pasangan Kedua: Ridwan Kamil pasangannya belum ketahuan. Tapi RK sudah di usung oleh Golkar rezim Setnov, sementara posisi papah tidak jelas, bisa saja di munaslubkan dan pencalonannya dari Golkar jadi batal. Nasdem selalu curi start mencalonkan Ridwan Kamil, parameternya yang penting lagi ngartis. Maklumin aja karena lagi cari massa, kalau tidak bisa terancam tidak ada yang milih karena minus kader. Jadi pencalonan RK belum bisa dipastikan, dan bisa jadi RK gagal Bakal Calon dari partai manapun. Gigit jari RK karena sudah banyak keluarkan uang buat mesin politiknya.
Pasangan Ketiga Dedy Mizwar di pasangkan Saikhu dari PKS. Deddy Mizwar dicalonkan oleh Demokrat. Jelas sekali Demokrat selalu menggunakan fatsun yang sudah dijalankan selama ini, yaitu cari aman. Dengan menarik Deddy Mizwar dan berkolaborasi dengan PKS, nama Demokrat sedikit terbilas karena dukungan mereka saat pengesahan UU Parpol di DPR kemaren. Sementara PKS saat ini seperti si bungsu, duduk manis saja bakal banyak yang minang. Sama halnya dengan Gerindra.
Pasangan Keempat: Gerindra dengan (belum ketahuan). Cara pikir partai Gerindra seperti perang gerilya. Serangan mendadak dan mematikan, dan ini sudah dilakukan saat Pilkada DKI kemaren. Penentuan calon unpredictable, bahkan kadang calon yang muncul di luar perkiaraan.
Sepertinya jika melihat manuver Gerindra selama ini, partai ini akan kembali dengan konco lamanya yakni PKS, namun dengan format yang baru. Bisa jadi Saikhu dijadikan Ketua Tim Sukses, sama halnya Mardani Ali Sera di Jakarta. Padahal Mardani sudah ditimang-timang yang akan dimajukan oleh PKS. Tapi nyatanya Anies-Sandi.
Melihat peta di atas, jumlah pasangan paling banyak 3, sama seperti di DKI. Deddy/Ridwan Kamil berpasangan dari PDIP. Lalu Deddy Mizwar berpasangan dengan koalisi tradisional Cikeas. Dan yang ketiga pasangan Gerindra PKS, yang bisa jadi bukan orang partai dari kedua partai tersebut.
Kalo Ridwan Kamil yang dipilih dan Deddy Mulyadi menjadi wakil, ini sama saja Pilkada DKI Jilid II. Cuman ketegangannya tidak sekeras super Pilkada DKI 2017. Kalo di DKI yang diperebutkan gengsi dan potensi ekonomi, sementara di Jawa Barat yang diperebut potensi suara yang besar, sebagai modal 2019. Istana pasti turun dalam cawean ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews