Budaya memecah partai politik untuk memperlemah barisan oposisi itu hal biasa dalam rimba politik. Setelah Pilpres 2014, Blok Jokowi langsung kerja keras menundukkan lawan lawannya satu persatu dari barisan pendukung Prabowo.
Abu Rizal Bakrie yang awalnya memimpin Golkar dan mendukung pasangan Prabowo Hatta dipaksa menyerahkan Golkar kepada Agung Laksono yang kemudian membawa Golkar ke barisan Jokowi.
Suryadharma Ali yang awalnya memimpin PPP dibelah dengan cara SDA-nya ditetapkan tersangka, lalu PPP diperebutkan Romahurmuziy sama Djan Faridz.
Romi blok Jokowi dan Djan Faridz blok SDA dan Prabowo, PPP diakuisisi, Djan Faridz terjungkal, Romi bawa PPP ke kubu Jokowi sampai saat ini.
Begitu juga PAN, Walaupun terlihat normal seolah tanpa dipecah, sebenarnya setting PAN agar merapat ke kubu Jokowi sudah dimainkan secara cantik, endingnya Hatta Rajasa ketum PAN lama disingkirkan dan diganti Zulkifli Hasan, plus kursi ketua MPR RI, PAN under control.
Tinggallah PKS dan Gerindra yang kokoh beroposisi, Gerindra tidak mungkin dipecah karena sosok Prabowo terlalu kuat, maka Gerindra kokoh sampai saat ini.
[irp posts="4309" name="JK Ambil Faedah, KPK dan Jokowi Masuk Jebakan Fahri Hamzah"]
Setali tiga uang, PKS juga dibidik, Bukan tidak ada upaya memecah PKS, lawan PKS terakhir ingin memainkan isu pemecatan Fahri Hamzah untuk membelah partai ini.
Namun, sikap nonkompromistis Fahri membuat lawan PKS mati gaya, dikira Fahri bisa dinego dan disetir seperti Agung Laksono di Golkar dan Romi di PPP, Fahri cuek bebek sama orang jahat diluar sana yang ingin mengobok obok PKS dari dalam.
Seandainya saja Fahri Hamzah mau "Bermain mata" dengan rezim dan lawan politik PKS, tentu bukan tugas berat bagi rezim untuk menuntaskan PKS lewat drama ini.
Bermodal SK kemenkumham-nya Jokowi Yasonna Laoly yang super sakti itu, PPP dan Golkar sukses dibuat jinak dan bertekuk lutut, masyarakat awam gak akan paham detail operasi politik model begitu.
Di sini mental kenegarawanan Fahri Hamzah diuji dan secara kalkulasi politik dia sudah menang, Fahri tidak tergiur untuk berkhianat ke PKS, dia fokus menghadapi masalah ini lewat jalur hukum secara profesional.
Walaupun gugatan Fahri dikabulkan dan dalam putusan sidang profisi dia menang, tidak membuat Fahri berpikir pongah dan mikir macam macam, hari-harinya dia jalani seperti biasa sebagai wakil rakyat.
Dia memilih menangis karena dipecat partai, tanda masih ada cinta dalam hatinya kepada partai dakwah ini, karena sekali lagi secara politik, PKS Lebih "membutuhkan" Fahri ketimbang Fahri "membutuhkan" PKS.
Padahal dengan posisinya saat ini, hampir tidak ada parpol atau entitas politik di negeri ini yang tidak melirik kepada Fahri Hamzah.
Dalam kegentingan kondisi ini, Fahri tetap memberikan sinyal "Tidak" kepada yang namanya khianat dan sikap oportunis khas tokoh politik lain si partai lain.
[irp posts="2611" name="Pak Jokowi, Dengar Apa Kata Fahri, Kali Ini Ucapannya Masuk Akal!"]
Sikapnya teguh, dia hanya ingin kembali ke rumah keluarganya PKS, sambil terus bersabar hingga putusan pengadilannya incracht nantinya.
Saya mendengar dan membaca banyak tulisan juga cibiran terhadap Fahri Hamzah, mulai dari pak Ahok yang meneyebut Fahri sebagai legislator independen.
Sampai banyak kader PKS yang menhujat dan melabeli Fahri sebagai pembangkang, jujur, saya gak paham nalar yang dipakai oleh para pencibir tersebut terutama dari kalangan kader.
Seolah semua kebaikan Fahri Hamzah dihapus begitu saja, seperti Hitler yang menghapus jasa besar jenderal Erwin Rommel di mata rakyat Jerman setelah Jerman mengalami kekalahan di front pertempuran Al Amien Afrika dalam Perang Dunia II.
Para pencibir Fahri Hamzah seolah ingin mengatakan bahwa jasa mereka kepada partai lebih besar daripada jasa jasa Fahri kepada partai, tanpa mau melihat kinerja Fahri secara fair dan mau mendengar langsung pendapat rakyat NTB yang diwakili Fahri.
Di tengah berbagai cibiran dan hujatan itu, jiwa besar Fahri hanya berkata singkat dan santai, "Kita besar karena kita punya pendapat yang berbeda".
Dengan atau tanpa PKS, rasanya tidak ada salahnya rakyat Indonesia mendoakan Fahri Hamzah agar menjadi Presiden RI masa depan, usianya masih memungkinkan, negeri ini butuh akan sosoknya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews