Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Eko Sulistyo mungkin ceroboh dan tidak mengkaji lebih dalam terkait pernyataannya tentang Airlangga Hartarto. Saat itu Eko meminta Airlangga jika terpilih sebagai Ketua Umum Golkar, otomatis harus mundur dari kabinet.
Tidak ada larangan bagi pejabat setingkat Eko Sulistyo berbicara, sah-sah saja berkomentar. Apalagi itu dibumbui pendapat pribadi, bukan pendapat institusi. Juga tidak ada larangan menyampaikan pendapat di muka umum, apalagi komentar terkait perselisihan bakal kandidat Ketua Umum Partai Golkar yang memang sedang seksi.
Masalahnya adalah ketidakhati-hatian Eko Sulistyo sebagai Deupti IV Kantor Staf Presiden itu tadi. Suaranya mewakili Presiden RI. Dengan jabatan yang disandangnya tersebut, Eko malah menambah ruwet masalah perhelatan Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar. Bukannya menyelesaikan masalah, Eko bisa dipersalahkan atasannya sendiri terkait pendapatnya.
[irp posts="4855" name="Ketum Golkar Harapan Istana Mengerucut ke Airlangga dan Idrus Marham"]
Loh kok bisa? Sebab, seusai rilis hasil survei dari Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) di Jakarta, Minggu, 3 Desember 2017, Eko mengatakan, "Sejak pembentukan kabinet di awal, Presiden sudah menyatakan agar para menterinya tidak merangkap jabatan di kepengurusan parpol."
Nah, bagaimana suasana kebatinan kabinet kerja di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla? Mari kita mentri dengan rangkap jabatan rangkap selain Airlangga Hertanto.
Nah, apakah Eko Sulistyo akan terus mempersoalkan Airlangga Hertanto dengan membahas status rangkap jabatan yang disandangnya? Bukankah ini juga berlaku kepada menteri lainnya yang juga merangkap jabatan di partai politik? Jika tidak tebang pilih dan berlalu untuk semua anggota kabinet, sudah barang tentu akan banyak anggota kabinet Jokowi yang harus mundur.
Malah tambah ruwet kan?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews