Benarkah PDIP Panik Emil Dardak Berpindah Ke Lain Hati?

Sabtu, 25 November 2017 | 18:04 WIB
0
238
Benarkah PDIP Panik Emil Dardak Berpindah Ke Lain Hati?

Majunya Emil Dardak dalam kontestasi Pilkada Jawa Timur 2018 membuat peta politik di Jatim makin memanas. Langkah Bupati Trenggalek menerima pinangan kubu Khofifah Indar Parawansa membuat Partai pendukung Emil saat maju sebagai Bupati di Trenggalek, PDI Perjuangan seperti kebakaran jenggot.

Emil bahkan dituding terlalu bernafsu untuk memimpin wilayah yang lebih besar padahal masa kerja dua tahun sebagai Bupati Trenggalek belum ada apa-apanya.

Ketua DPC PDIP Kabupaten Trenggalek Doding Rahmadi mengatakan, kepemimpinan Emil selama dua tahun di Kabupaten Trenggalek sebenarnya juga masih jauh dari harapan dan visi-misi. Beberapa program yang ditargetkan tuntas dalam waktu dekat juga banyak yang lolos. “Paling mencolok di pembangunan infrastruktur,” ujarnya 8 November 2017 sebagaimana dikutip Tempo.co.

[irp posts="4580" name="Pemecatan Emil Dardak Blunder Politik Baru PDI Perjuangan"]

Beberapa hal yang menjadi sorotan adalah dana anggaran pembangunan infrastruktur yang tidak bisa meningkat sehingga tak bisa banyak berbuat, pembangunan jalur lingkar selatan dan lingkar Wilis juga tak kunjung tampak di separuh kepemimpinan Emil. Sehingga PDIP menilai Emil belum layak untuk maju  memimpin wilayah yang lebih besar.

Partai Demokrat dan Partai Golkar resmi mengusung pasangan Khofifah-Emil pada Pemilihan kepala daerah Jatim tahun depan. Rabu, 22 November 2017 kemarin, Golkar menyerahkan SK kepada pasangan menteri sosial inidi mana sebelumnya Partai Demokrat juga resmi memberikan surat pencalonan di Cikeas kepada pasangan ini.

Dengan 13 kursi milik Partai Demokrat dan 11 kursi milik Golkar di DPR Jatim, cukup sudah bagi dua partai besar ini untuk mendaftarkan pasangan Khofifah-Emil sebagai calon Gubernur dan Waki Gubernur.

Diketahui bahwa PDI Perjuangan sudah memberikan dukungan kepada pasangan Gus Ipul-Anas pada Pilkada Jatim 2018. Namun, tentu 'penghianatan' Emil ini dinilai akan bisa menjegal pasangan Ipul-Anas.

Sebab, berdasarkan hasil survei, menurut Plt Ketum Golkar Idrus Marham, Elektabilitas Emil Dardak mengalahkan elektabilitas calon wakil gubernur Jatim yang lainnya.

"Berdasarkan hasil survei yang ada di antara calon-calon wagub, ternyata Emil 22 persen tingkat elektabilitasnya, yang lain di bawah 10 persen," kata Idrus seperti dikutip Republika.

Apalagi Emil juga merupakan pemimpin muda. Biasanya pemimpin muda ini lebih menarik bagi generasi milenial. Sebab sosok pemimpin muda dianggap bisa mengakomodir dan menampung aspirasi anak-anak jaman now. Banyak sosok pemimpin muda yang sukses menang pada pemilihan kepala daerah. Sebut saja Ridwan Kamil, Ahok,  hingga sosok presiden Indonesia sekarang, Joko Widodo.

Suara milenial ditengarai sebagai kunci kemenangan pada pilkada Jatim 2018 sebab kaum ini punya jumlah yang banyak. Dalam  laporan ini, lembaga riset IPOL Indonesia memaparkan, generasi Y yang biasa disebut milenial mencapai 37,68 persen dari jumlah penduduk atau mencapai 14.506.800 jiwa. Sebutan milenial ini merujuk pada individu yang lahir pada tahun 1981-1994 yang masuk dalam katagori pemilih rasional.

Sosok Emil yang berkarakter nasionalis abangan dan pemimpin muda diyakini mampu mendongkrak elektabilitas Khofifah terutama dari kalangan muda.

[irp posts="4526" name="Khofifah Terancam Batal Bertarung Setelah Gandeng Emil Dardak"]

Seperti kata Hari Fitrianto Pengamat politik Universitas Airlangga dikutip dari IDN Times. "Prediksinya ke depan, jarak angka elektabilitas kedua pasangan bisa sangat pendek. Dengan catatan hanya ada dua pasangan calon pada Pilgub Jatim kali ini."

Kalau sudah begini, bagaimana kubu  seberang tidak khawatir? Pasangan Gus Ipul-Anas yang diprediksi banyak orang sebelumnya akan memenangi kursi Jatim 1, hadirnya Emil, membuat pilkada ini menjadi seimbang.

Sehingga, PDI Perjuangan mengambil langkah memecat Emil Dardak yang merupakan kadernya. Namun Partai berambang kepala banteng ini tidak mau disebut kecolongan Emil ‘diambil’ Khofifah. Katanya pemecatan ini soal etika dan moral saja.

"Dan sebagai partai politik dan usulan bidang kehormatan DPPP PDI Perjuangan, maka kami memberikan sanksi tegas berupa pemecatan," kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dikutip dari media yang sama.

Sama seperti hubungan kekasih, satu orang memang tidak bisa berada di dua hati yang berbeda. Harus pilih satu agar visi misi ke depan bisa tercapai.

***