Mataraman Justru Akan Bersatu Melawan Emil Dardak

Jumat, 24 November 2017 | 22:30 WIB
0
343
Mataraman Justru Akan Bersatu Melawan Emil Dardak

Karakter rakyat yang tinggal di wilayah Mataraman seperti Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Ngawi, Madiun, Kediri, Tulungagung, Blitar, dan Jombang itu sebenarnya sangat mudah untuk diajak bicara. Yang penting, jangan khianati amanat rakyat!

“Jika satu wilayah rakyat dikhianati, maka rakyat yang tinggal di kawasan Mataraman yang lainnya bisa muncul solidaritas, karena merasa ikut dikhianati, apalagi dia itu baru dua tahun menjabat, ” kata seorang warga Mataraman kepada PepNews.com.

Lain halnya jika pejabat itu sudah menuntaskan tugasnya, setidaknya selama satu periode. “Ini justru akan didorong untuk maju dalam pemilihan kepala daerah di level yang lebih tinggi, seperti Pilkada Jawa Timur 2018,” lanjut warga Mataraman tadi.

[irp posts="4404" name="Khofifah Diundang SBY ke Cikeas, Akan Dijodohkan dengan Emil Dardak?"]

Ungkapan tersebut menyikapi situasi paska penetapan pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak sebagai bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur 2018 oleh Partai Demokrat di Cikeas, Bogor, Selasa, 21 November 2017.

Atas sikap dan pilihan Bupati Trenggalek yang menjadi pendamping Menteri Sosial RI itu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sendiri langsung memberi sanksi pemecatan pada Emil Dardak dari keanggotaan partai. Ia tercatat sebagai kader PDIP.

Menyikapi hal tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan PDIP tidak terpancing dengan strategi outsourcing dan jalan pintas partai lain. Sepertinya ucapan Hasto ini ditujukan kepada Demokrat yang telah “membajak” Emil Dardak.

Dari 34 kepala daerah di bawah umur 40 tahun yang berasal dari PDIP, ternyata hanya Emil Dardak yang tergiur kekuasan lebih tinggi. “Hanya dia orang yang memilih jalan kekuasaan dan memilih loncat pagar,” tegas Hasto seperti dilansir berbagai media.

Karena itu juga Emil Dardak rela loncat pagar dan meninggalkan masyarakat Trenggalek. Padahal, baru dua tahun menjalani kepemimpinan sebagai bupati. Emil Dardak telah memilih jalan. “Partai tentu otomatis memberikan sanksi pemecatan,” lanjutnya.

Emil Dardak adalah gambaran sedikit dari orang muda yang memilih loncatan politik, meski baru menjabat 2 tahun sebagai Bupati Trenggalek. Putra mantan Wakil Menteri PU Hermanto Dardak ini tentu punya alasan mengapa ia harus meninggalkan Trenggalek.

Melansir Kompas.com, sejak terpilih menjadi Bupati Trenggalek beberapa waktu lalu, Emil Dardak kerap menjaga komunikasi dengan partai pengusungnya. Hal ini dilakukannya untuk menjaga etika dan menghormati kebijakan tujuh partai pengusung.

“Saya langsung menghubungi pengurus tujuh partai pendukung saya di Pilkada Trenggalek untuk menjelaskan situasinya,” ujar Emil Dardak, Kamis 23 November 2017. Rekomendasi awal datang dari Demokrat beberapa hari lalu, katanya, di luar dugaannya.

Begitu pun rekomendasi Golkar. Atas pilihannya ini, Emil Dardak mengaku siap bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi. “Peristiwa yang terjadi dua hari terakhir di luar dugaan. Saya benar-benar tidak mengetahui amanah itu ada pada saya,” ujarnya.

[irp posts="4526" name="Khofifah Terancam Batal Bertarung Setelah Gandeng Emil Dardak"]

Emil Dardak siap bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi sejauh ini. Ia menjelaskan, amanah sebagai bacawagub Jatim 2018 itu terjadi secara tidak terencana. Meski demikian, ia akan tetap berkonsentrasi terhadap pembangunan di Trenggalek.

“Hingga saat ini, saya maupun Bu Khofifah masih menjalankan aktivitas masing-masing seperti biasa. Saya kembali konsen kerja untuk Trenggalek, sedangkan beliau (Khofifah) melanjutkan aktivitas sebagai Menteri Sosial,” tuturnya.

Khofifah memilih Emil Dardak karena sudah berkomunikasi dengan banyak pihak. Juga hasil dari beberapa survei. “Gimana ya, itu hasil komunikasi banyak pihak. Juga dari beberapa survei,” ucap Khofifah di Jakarta, Selasa 21 November 2017.

Ia juga bisa menarik suara yang mayoritas pemilih pemula, sehingga para generasi milenial tertarik memilih. “Pemilih generasi milenial, kids zaman now itu memerlukan referensi yang relatif sebaya. Kira-kira begitulah. Aku zaman old, ada yang zaman now,” jelas Khofifah.

Ketua Tim 9 KH Sholahuddin Wahid alias Gus Sholah mengatakan, realitasnya Emil Dardak dipilih oleh hampir semua anggota Tim 9 dan oleh banyak partai. “Saya harus mengikuti pilihan banyak orang,” katanya ketika dikonfirmasi PepNews.com.

“Emil juga punya satu nilai lebih, usianya amat muda yang diharapkan bisa menarik pemilih pemula,” lanjutnya. Kalau ia dipecat dari PDIP, “Itu Risiko yang sudah diperhitungkan oleh Emil. Bukankah buat PDIP lebih untung kalau kedua cawagub itu adalah Kader PDIP?”

Menurut Gus Sholah, itu tadi pertanyaan orang "pinggir jalan". Tapi, pernyataan Gus Sholah itu bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Justru faktor Emil Dardak membuat mayoritas rakyat kawasan Mataraman bersatu melawan dia.

Juga Khofifah yang pada awalnya memiliki elektabilitas tinggi di kawasan Mataraman, jadi gembos dan beralih ke pasangan Saifullah Yusuf-Abdullah Azwar Anas yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa dan PDIP itu. Inilah yang tak pernah diperhitungkan Khofifah dan Tim 9 dalam kalkulasi politiknya.

***