Ketika Kader Partai Nasdem Serukan "Duet" Jokowi-Gatot

Selasa, 21 November 2017 | 10:38 WIB
0
224
Ketika Kader Partai Nasdem Serukan "Duet" Jokowi-Gatot

Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-4 Partai Nasional Demokrat (Nasdem)  beberapa waktu lalu memperlihatkan kekuatan partai dengan menghadirkan 15.000 kader. Rakernas Nasdem bertempat di  Jiexpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Rabu, 15 November 2017 pekan lalu.

Sepertinya hasil rakernas sudah bisa ditebak, salah satunya adalah mendukung Presiden Joko Widodo dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu tahun 2019. Fokus utamanya adalah bagaimana mengukuhkan kekuatan Nasdem sebagai pendukung setia Jokowi.

Ketua Umum Garda Pemuda Nasdem dan sang putra mahkota Nasdem, Prananda Paloh membacakan Resolusi-resolusi tersebut satu persatu:

Pertama, mengusung kembali Joko Widodo sebagai Calon Presiden 2019-2024. “Nasdem siap menjadi Benteng Jokowi” kata Nanda yang dimuat oleh portal Partai Nasdem.

Kedua, mempelopori politik berintegritas anti korupsi serta bahu membahu di antara seluruh lembaga dalam menjalankan supermasi hukum.

Ketiga, menyukseskan kebijakan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan melalui program reforma agraria padat karya, baik diperkotaan mapun di pedesaan.

Keempat, merestorasi koperasi sebagai fondasi ekonomi kerakyatan yang partisipatif.

Resolusi kelima NasDem akan mempelopori gerakan budaya sadar literasi bersama generasi milenial sebagai pemilik masa depan Indonesia dalam arus besar revolusi mental.

Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate mengatakan bahwa kelima resolusi tersebut tersebar menjadi tiga komponen yaitu,

 

 

  • pemberian dukungan kembali kepada Joko Widodo,

 

 

  • memenangkan kontestasi legislatif di posisi 3 besar pada Pileg 2019 mendatang,

 

 

  • resolusi integritas di bidang politiik anti korupsi serta restorasi pemberdayaan kehidupan nelayan, buruh, dan petani Indonesia.

 

 

"Nasdem siap untuk finish di posisi 3 besar," kata Johnny.

Dalam acara Rakernas Nasdem, hadir beberapa orang penting di Negeri ini. Mereka adalah Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Jaksa Agung HM Prasetyo, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Mantan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia Eko Putro Sandjojo, Ketua Umum PPP M Romahurmuziy, Sekretaris Partai Golkar Idrus Marham, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) sekaligus Ketua Umum PKPI Hendropriyono.

Panglima Wapres

Ada “kode” yang menarik dari para hadirin Rakernas Nasdem. Kode ini bermula saat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyampaikan materi kebangsaan.

Setelah mengisi materi, terdengar teriakan 'Panglima Cawapres' untuk Gatot.

"Panglima Cawapres, Panglima Cawapres!" pekik para hadirin sebagaimana digambarkan sejumlah media.

[irp posts="3207" name="Inilah Kekeliruan Manuver Jenderal Gatot Nurmantyo"]

Ini menarik, kebiasaannya kader akan menyuarakan nama ketua umum atau orang terdekat ketum partai sebagai Cawapres.

Berbeda dengan kader Nasdem, demikian Detik.com memberitakan, “Beberapa kader terlihat berteriak memberikan dukungan sambil mengibarkan bendera Merah-Putih berukuran kecil. Saat Gatot menyampaikan materi di atas mimbar, beberapa kali terjadi interupsi dengan tepuk tangan untuk dia.”

Dengan demikian, kader Nasdem melihat bahwa tidak ada pergerakan dari "penguasa" maupun Putra Mahkota Nasdem. Sehingga, kader tanpa sadar meneriakkan “Panglima Wapres”.

Apabila, Nasdem sepakat mengusung Jokowi-Gatot. Maka partai lain bakalan pusing. Karena, Gatot adalah pasangan pas untuk melawan figur militer Prabowo Subianto. Gatot juga memiliki posisi penting dikalangan ummat Islam. Beberapa aktifitas ‘heroik’ Gatot patut dipertimbangkan.

Apabila berkaca pada pemilu 2014, Jokowi berpasagan dengan Jusuf Kalla yang notabene mantan Ketum Golkar. Nah, Golkar pada saat itu sepaket dengan Gerindra dan PKS dalam Koalisi Merah Putih.

Lalu, apakah Panglima Wapres bakalan terjadi? Hal itu lumrah saja. Alasannya adalah:

 

 

  • Gatot adalah Pahlima TNI. Posisi ini menjadi bekal melawan ketokohan ‘militer’ yang dimiliki oleh Prabowo Subianto

 

 

  • Jokowi bisa meredam potensi ricuh antar partai pendukung dalam hal perebutan kursi Wapres.

 

 

  • Gatot dinilai baik dan namanya masih harum di kalangan ummat muslim. Berbagai pernyataan Gatot yang pro kepada ulama menambah daya tarik tersendiri.

 

 

  • Apabila ada pilihan antara Gatot dengan Agus Harimurti Yudhoyono, Posisi Panglima akan lebih menguntungkan Jokowi melawan Prabowo.

 

 

Nah, Nasdem sudah memulai dari teriakan kadernya. Bagaimana dengan PDI-P, Hanura, Golkar, Parindo, PSI, PKB, PPP, PKPI dan PAN siap mendukung Jokowi-Gatot.

Mari kita tunggu deklarasi-deklarasi mereka.

Pembahasan Wapres saat ini memang 'belum perlu tapi penting'.

***