Di Mana Letak Adil dan Beradab?

Kamis, 16 November 2017 | 09:19 WIB
0
366
Di Mana Letak Adil dan Beradab?

Kalau cuma "walk out" mah nggak apalah, bisa multitafsir. Tapi setelah "wal kout"-nya diterjemahkan dengan pidato singkat, bisa dipastikan itu itu "walk out" politis. Sewaktu pidato singkat Ananda Sukarlan memang sendirian, tapi pidatonya disambut tepuk tangan meriah, pas turun dapat salaman hangat dari beberapa tokoh termasuk Kepala Sekolah SMA Kanisius.

Begitulah beberapa media memberitakan. Kalau mau disebut oknum ya oknumnya banyakan. Ditambah dukungan dari para mereka yang dulu mendukung Joko Widodo saat Pilpres 2014  di media sosial. Sampai saat ini belum ada permintaan maaf dari panitia, tapi Anies sudah memaafkan mereka.

 

[irp posts="3928" name="Ananda Yang Mengaku Sudah Move On" dan Kesaksian Seorang Peserta"]

Sebelumnya, media online memberitakan, ada oknum relawan yang menyoraki Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta itu, saat menghadiri undangan pernikahan putri Presiden Jokowi. Dari rekaman video nampak yang menyoraki memang tidak banyak. Ditambah pelecehan karangan bunga ucapan selamat dari Fadli Zon, juga masih kurang banyak. Ditambah dukungan pendukung Jokowi di media sosial, jadi lumayanlah. Anies membalasnya dengan senyum tulus.

[caption id="attachment_4093" align="alignleft" width="480"] Peringatan 90 tahun Kolsese Kanisius (Foto: Youtube)[/caption]

Anies bukan satu-satunya yang ditolak berpidato oleh sejumlah oknum yang menolak "mupon" (move on). Ananda Sukarlan cs juga bukan satu-satunya penafsir tunggal terhadap orang yang dicap anti keberagaman. Di sejumlah daerah juga ada Ormas yang getol mengusir baik secara halus maupun kasar para penceramah yang secara sepihak dituduhnya sebagai antipancasila, bla bla bla.

Padahal bisa jadi muaranya kekalahan Basuki Tjahaja Purnama di Pilkada DKI juga!

Kemenangan Anies Baswedan di Pilkada DKI bisa menjadi menasional tidak lepas dari aksi 212 yang dihubung-hubungkan dengan Pilkada DKI. Anies sebagai pemenang diultimatum oleh pihak yang kalah agar bersikap adil. Anies bukan hanya gubernur bagi para pendukungnya, tapi gubernur seluruh warga Jakarta.

Dengan tulus Anies-Sandi memenuhi ultimatum itu. Dia berusaha merangkul, menyapa semua golongan lintas suku, lintas agama, dan lintas pilihan politik. Tapi sayangnya, yang ingin dia rangkul ada saja oknum yang malah menolaknya dengan cara yang kurang beradab. Melecehkan orang yang secara resmi diundang adalah cara yang tidak beradab.

[irp posts="3883" name="Anies Ditinggalkan, Sontak Netizen Pembelanya Merasa Terhina"]

Jadi kalau sekarang perbedaan itu semakin melebar, semata akibat oknum yang memang menolak diajak damai. Alih-alih merawat kerukunan, merawat kebhinekaan, malah yang terjadi merawat pertentangan malah tambah memperlebar jarak.

Apakah adil masih saja menggugat kemenangan Anies-Sandi? Kalau mau menggugat jangan kepalang tanggung. Sekalian saja gugat KPUD yang telah mengesahkan, juga sekalian gugat Presiden Jokowi yang telah melantik Anies-Sandi!

Ketidakadilan yang dilakukan dengan cara yang tidak beradab, kira-kira mau diletakan di mana?

***