Pertama Kalinya, Khofifah dan Calon Pasangannya Tampil Bersama

Senin, 13 November 2017 | 11:06 WIB
0
370
Pertama Kalinya, Khofifah dan Calon Pasangannya Tampil Bersama

Sebagai bakal calon gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawasansa masih belum mendapat pasangan alias masih "menjomblo". Namun sudah santer disebut bahwa pasangan yang akan mendampinginya dalam Pilkada Jatim melawan pasangan Saifullah Yusuf dan Abdullah Azwar Anas adalah Saiful Rachman yang kini menjabat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur

Disengaja atau tidak, Khofifah dan Saiful baru kali ini bertemu dalam sebuah seminar di hadapan Kepala SMA-SMK, guru, pemerhati pendidikan, dan BEM Se-Jatim. Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, nama Saiful Rachman memang masuk dalam bursa bakal calon wakil gubernur Jatim 2018 untuk mendampingi Khofifah.

Saat ditanya soal namanya yang masuk dalam bursa bakal calon gubernur untuk Khofifah, Saiful Rachman mengungkapkan rasa syukurnya. “Adalah suatu kehormatan bagi saya yang hanya seorang pegawai negeri bisa masuk dalam bursa bacawagub Jatim 2018,” katanya.

"Apapun hasilnya nanti saya sudah bersyukur mendapatkan kebanggaan untuk menjadi salah satu di antara para kandidat bacawagub mendampingi Ibu Khofifah," imbuh Saiful Rachman kepada PepNews.com.

Pada kesempatan itu Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa menekankan pentingnya pendidikan karakter untuk menguatkan jati diri bangsa. Hal itu disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Sabtu 11 November 2017 .

Selain Mensos, pembicara dalam seminar bertema “Peran Pendidik Sebagai Pengontrol dan Evakuator Moral Siswa Menuju Generasi Berprestasi” itu, yakni Staf Ahli Menpora Bidang Ekonomi Kreatif Jonni Mardisal, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Saiful Rachman, dan Pendiri Yayasan Al Hikmah Abdulkadir Baraja.

“Pendidikan karakter di negara kita, sangat penting,” kata Mensos. Ketua Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama itu mengungkapkan, pendidikan karakter bisa berjalan dengan baik, asal memenuhi tiga komponen, yakni sekolah, keluarga dan lingkungan.

Ketiga komponen itu, harus saling melengkapi untuk bekerja sama mendukungnya. “Dengan adanya karakter, kita bisa menunjukkan jati diri bangsa Indonesia. Sehingga apa yang dicita-citakan Bapak Presiden RI Joko Widodo tentang revolusi mental, bisa terwujud,” tuturnya.

Selaku Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, Saiful Rachman menyatakan siap menyukseskan program tersebut. “Kami bersama komponen pendidikan se Jawa Timur siap bekerja sama menyukseskan pendidikan karakter di Provinsi Jawa timur,” kata Pak Saiful.

"Kids zaman now"

Di hadapan mahasiswa dan dosen kampus setempat, Mensos memaparkan dampak terbukanya arus informasi. Karenanya orang tua harus cepat tanggap, mengawasi putra dan putri sangatlah penting. Sebab generasi muda sekarang dinilai lebih cepat mendapatkan akses informasi ketimbang orang tua. Dengan begitu orang tua kerap kewalahan dalam mengimbangi anak muda zaman sekarang.

Hal itu menjadi fenomena menyusul munculnya istilah kids zaman now, ketergantungan anak muda dengan gawai. Menyikapi kondisi tersebut, orang tua harus bisa beradaptasi, termasuk mengarahkan kreativitas anak untuk berbagai aktivitas positif diantaranya masuk di industri dan ekonomi kreatif. Selain itu terus menumbuhkan nilai-nilai keagamaan, kepahlawanan, ketauladanan sebagai bagian dalam menguatkan pendidikan karakter.

Saat ini, orang tua juga dituntut mampu mengarahkan anak-anak untuk meningkatkan daya saing, mengingat persaingan di pasar kerja semakin ketat. Demikian juga para pendidik, juga didorong mampu membangun karakter anak didiknya melalui transfer ilmu dan interaksi hingga masuk di jejaring mereka.

Mantan menteri di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ini mengatakan, dengan kondisi zaman yang berubah pesat, perlu dicari format baru yang sapat menjadi perekat dan penguat persatuan anak muda zaman sekarang.

“Untuk itu para guru dan pendidik, perlu menggali lebih jauh budaya-budaya lokal untuk kemudian dikemas secara estetik agar anak muda ini memiliki rasa memiliki dan kebanggaan terhadap kekayaan negerinya sendiri. Maka yang namanya kids zaman now bukan mereka yang mengagungkan budaya luar, namun berarti anak-anak muda yang menghargai nilai-nilai budayanya sendiri, menjunjung tinggi dan merawatnya demi keutuhan bangsanya sendiri," kata Khofifah.

Khofifah yang menyapa para mahasiswa dalam Seminar Nasional Pendidikan di Unesa itu  menekankan, guru harus mampu menurunkan nilai-nilai kepahlawanan.

Dalam paparannya sebagai narasumber utama seminar tersebut, Mensos mengatakan bahwa guru harus bisa jadi pemandu bagi anak muda generasi masa kini atau yang biasa disebut generasi milenial atau  “kids zaman now”.

“Yang senior, terutama guru harus bisa memangkas jarak dengan anak muda agar bisa menurunkan nilai kepahlawanan dan keperjuangan kepada kids zaaman now,” kata Khofifah. Menurutnya, perjuangan di masa kini, bisa ditempuh dengan berbagai pendekatan. Salah satunya yang ia dorong adalah pendekatan Estetik Heroik.

“Kita angkat budaya karena budaya itu tingkat penerimaannya betul-betul borderless. Coba lihat budaya Korea yang masuk ke Indonesia. Mulai gaya rambutnya, filmnya, koreografi tarinya, gaya berpakaiannya, semua menjadi trend di pelosok wilayah Indonesia dan dunia. Kita juga bisa menggunakan pendekatan budaya untuk meningkatkan daya saing dan persatuan,” ujarnya.

Khofifah mengatakan, dengan kondisi zaman yang berubah pesat, perlu dicari format baru yang dapat menjadi perekat dan penguat persatuan anak muda zaman sekarang.

"Untuk itu para guru dan pendidik, perlu menggali lebih jauh budaya-budaya lokal untuk kemudian dikemas secara estetik agar anak muda ini memiliki rasa dan kebanggaan terhadap kekayaan negerinya sendiri. Maka yang namanya kids zaman now bukan mereka yang mengagungkan budaya luar, namun berarti anak-anak muda yang menghargai nilai-nilai budayanya sendiri, menjunjung tinggi dan merawatnya demi keutuhan bangsanya sendiri,” tuturnya.

Pada kesempatan itu, Khofifah mengimbau para guru dan pendidik harus bisa jadi pemandu bagi pemuda generasi masa kini. Tujuannya agar mereka masuk pada industri kreatif dan bisa berinteraksi dengan seluruh produktivitas bangsa.

Dengan begitu, para guru dan pendidik tidak hanya mampu berkembang pada bidang ajarnya saja, namun diharapkan bisa lebih ke integralnya supaya pemikiran-pemikiran anak didiknya masa kini lebih terarah.

Sementara Saiful Rachman berharap para mahasiswa jurusan ekonomi mempunyai semangat bela negara yang akan mampu mengatasi pengaruh radikalisme, teroris dan pengaruh negatif media serta bahaya narkoba.

“Para mahasiswa dan guru diharapkan juga mampu menumbuhkembangkan kemampuan, membentuk karakter bangsa yang memiliki kesadaran bela negara,” pesan Saiful Rachman sebelum mengakhiri dialog dalam seminar itu.

***