KPK Sekap 11 Pangeran, Turbulensi Politik Arab Saudi Tak Terhindarkan

Sabtu, 11 November 2017 | 09:02 WIB
0
435
KPK Sekap 11 Pangeran, Turbulensi Politik Arab Saudi Tak Terhindarkan

Memangnya cuma Republik Indonesia saja yang punya lembaga antirasuah semacam Komisi Pemberantasan Korupsi, Arab Saudi juga. Memang baru dibentuk saat Raja Salman mengumumkan dua perubahan besar di Kerajaan Arab Saudi. Pertama, perombakan kabinet karena ada bebeapa menteri yang tercyduk juga. Kedua, pembentukan lembaga antikorupsi yang dikepalai langsung Putra Mahkota, Mohammed bin Salman.

Begitu dibentuk, lembaga antirasuah Arab Saudi langsung bekerja dengan menangkap sejumlah pangeran dan pengusaha kelas kakap karena dugaan keterlibatan mereka dalam korupsi. Lembaga antirasuah ini memiliki kepala komisi antikorupsi, keamanan publik, jaksa penuntut umum, dan otoritas investigasi.

Tugas baru dari lembaga antikorupsi yang dibentuk Raja Salman adalah mengumpulkan semua jenis pelanggaran, pelaku, dan lembaga yang terlibat dalam korupsi uang publik.

Kewanangan KPK-nya Arab Saudi ini antara lain menginvestigasi, mengeluarkan surat perintah penahanan, dan melarang orang berpergian, memerintahkan pembukaan dokumen keuangan rahasia, membekukan rekening dan portofolio investasi, melacak dana dan aset serta mencegah perpindahannya antarindividu dan institusi.

Sudah barang tentu dengan lembaga "jadia-jadian" karena mendadak dibentuk itu Raja Salman memberi keleluasaan kepada lembaga ini untuk mengambil tindakan yang diperlukan terhadap orang-orang yang terlibat dalam kasus korupsi uang publik, tidak peduli orang itu para Pangeran yang masih "sedarah" dengan keluarga kerajaan.

Aset dan uang dari perorangan dan lembaga bakal disita jika terbukti hasil korupsi dan wajib dikembalikan kepada kas negara sebagai harta negara.

Nah, penangkapan terhadap 11 Pangeran Arab Saudi oleh KPK-nya Arab Saudi yang dipimpin putra mahkota Mohammad bin Salman Alsaud itu langsung ditunding sebagai berpotensi memperumit situasi ekonomi Arab Saudi yang sedang ‘sakit’ dalam beberapa dekade terakhir. Selain guncangan ekonomi, turbulensi politik juga tidak terhindarkan karena dapat dipandang sebagai perebuatan kekuasaan di antara keluarga Kerajaan.

Kekhawatiran tersebut diungkap para analis terkait kebijakan-kebijakan yang yang akan bergulir setelah pengkapan tersebut, terutama risiko yang akan dirasakan oleh pengusaha-pengusahan non minyak di Arab Saudi.

"Aturan permainan berubah. Tapi mereka berubah tanpa pandang bulu. Bahkan orang-orang yang mengira mereka berada dalam peraturan tidak tahu apakah mereka masih berada dalam peraturan tersebut. Hanya ada ketidakpastian," jelas seorang analis kepada Reuters, 8 November 2017.

Apalagi, kata dia, saat ini pemerintah tengah melakukan dukungan terhadap perusahaan untuk saling bersaing, namun para pelaku usaha kebanyakan sudah tua. Bahkan, lanjut dia, banyak perusahaan menyangsikan kelancaran transisi ke perusahaan Public Investment Fund yang didukung pemerintah.

Ia berpendapat, jika keadaan tidak menentu di Arab, bisa dipastikan beberapa pengusaha lain akan memindahkan harta mereka ke luar negeri. Saa ini, kata dia, sebagian pengusaha swasta itu telah memindahkannya. “Sementara mereka masih bisa memindahkannya,” kata dia.

[caption id="attachment_3773" align="alignright" width="416"] Alwaleed bin Talal Alsaud[/caption]

Ia mengatakan, banyak investor asing yang bertanya-tanya dan kaget dengan kejadian tersebut. Karena, di antara 11 Pangeran yang ditangkap KPK Arab Saudi itu, satu di antaranya adalah seorang yang familiar di dunia internasional dan orang tersebut adalah pemimpin perusahaan inventasi Kingdong Holding dan seorang yang peka terhadap dunia, terlepas dari jenis kelamin, ras atau agama.

Sementara, Time.com menurunkan berita yang lebih menggairahkan dan terkesan provokatif, mereka menulis, “Apakah penangkapan Pangeran Alwaleed bin Talal Kepentingan Politik?” tulisnya.

Mereka menunding, penangkapan tersebut adalah kepentingan politik terkait percakapan Alwaleed dengan mantan duta besar AS untuk Arab Saudi. Dalam pecakapan itu, kata Time.com, Alwaleed setuju terhadap perombakan ekonomi Saudi yang saat itu dipimpin putra mahkota, Mohammad bin Salman.

“Secara pribadi, kata-kata Alwaleed konsisten dengan pernyataan pendukungnya untuk Pangeran Mohammed, yang sekarang berusia 32 sekarang terlihat di tahta Saudi - dan yang memerintahkan penangkapan Pangeran Alwaleed bersama dengan 10 bangsawan Saudi lainnya,” tulis mereka.

Selama akhir pekan, Mohammed Bin Salman menggerakkan sebuah tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mencakup penangkapan puluhan tokoh senior Saudi, termasuk Pangeran Alwaleed dan bangsawan lainnya. Dia juga menggantikan menteri ekonomi dan komandan Garda Nasional, juga mengambil alih kendali cabang terakhir pasukan keamanan yang belum berada di bawah kekuasaannya.

“Pemerintah Saudi mengatakan bahwa penangkapan tersebut dilakukan sebagai bagian dari tindakan keras terhadap korupsi, namun tampaknya merupakan bagian dari usaha menyapu kekuatan penguasa mahkota muda di negara Saudi,” kata Jordan, mantan duta besar AS untuk Saudi.

Semua orang di dunia Internasional menanggapi permasalahan yang tengah terjadi di Arab Saudi, salah satunya datang dari mananging Writer di The Arab Daily News Ray Hanania. Ia membandingkan tingkat kegemaran seorang Al Waleed bin Talal dengan seorang pengusaha kasino, Sheldon Adelson.

“Selalu saja saya merasa sakit hari saat mendengar tentang Sheldon Adelson, miliarder dengan kewarganegaraan Israel dan Amerika Serikat itu menggunakan uang yang diperolehnya melalui eksploitasi harapan dan impian yang tak terpenuhi dari orang miskin di kasino Las Vegas-nya untuk menghalangi perdamaian dan menyuburkan intoleransi dan kebencian,” kata dia.

Tapi, kata dia lagi, ketika saat saya mendengar nama Al Waleed bin Talal, saya merasa masa depan Arab Saudi akan jauh lebih baik. Sebab, Waleed dapat mempergunakan uangnya untuk membangun Arab Saudi.

“Berbanding jauh dengan Aldeson, dia memiliki uang  banyak dari judi-judi besarnya di Las Vegas yang kemudian dengan uang itu melemparkan kebencian dan menciptakan konflik politik di Timur Tengah,” tulisnya.

Sementara, seorang analis dari Dewan Atlantik yang berbasis di Washingtong mengatakan, apa yang terjadi di Arab Saudi saat ini adalah langkah untuk menghentikan sisa-sisa kekuasaan sebelumnya di bawah alharhum Raja Abdullah bin Abdulzaiz, yang meninggal pada 2015.

“Mereka yang ditangkap, kata dia, termasuk dua putra Abdullah - Pangeran Mutaib, mantan kepala Garda Nasional pernah dianggap sebagai calon yang mungkin untuk tahta, dan Pangeran Turki, mantan gubernur Riyadh. Yang lainnya termasuk Bakr Bin Laden, ketua Saudi Binladen Group.

"Ini adalah satu pesan kepada semua orang di dalam kerajaan bahwa, Mohammad bin Salman memiliki arahan yang ingin dia kejar, jadi sebaiknya Anda menekuk lutut," kata dia.

***