Arab Saudi dikenal ketat dan rigid menerapkan hukum syariat Islam. Orang yang terbukti membunuh orang lain, bisa berakibat hukuman pancung alias hukuman penggal kepala bagi si pelaku pembunuhan. Pelaku zinah biasa menerima hukum razam, yaitu dilempar menggunakan batu sampai mati. Demikian pula bagi orang yang terbukti mencuri, hukumannya adalah potong tangan.
Korupsi atau meng-ghasab (mencuri) uang negara atau uang milik Kerajaan hakikatnya adalah mencuri juga. Baru-baru ini Komite Antirasuah Kerajaan Arab Saudi yang dikepalai langsung Putra Mahkota Mohammed bin Salman menangkap sedikitnya 11 Pangeran, empat Menteri, dan dua pejabat teras Arab Saudi terkait dugaan korupsi yang mereka lakukan.
Jika kesebelas Pangeran, para menteri serta pejabat teras itu terbukti bersalah melakukan korupsi, maka Arab Saudi akan mencatat sejarah baru terkait pemberantasan korupsi dengan memotong tangan para pelakunya. Negara kaya minyak di Timur Tengah ini akan menjadi tempat bagi tangan-tangan yang sudah tak bertuan lagi.
Salah satu pangeran yang ditangkap itu adalah Alwaleed bin Talal, seorang miliader top dunia yang yang memiliki 35 bisnis mencakup Jasa Keuangan, Teknologi, Consumer and Retail, Publishing (Penerbitan), Hiburan, Petrokimia, Penerbangan, Pendidikan, Kesehatan, Private Equity, dan Hotel Real Estate.
Pangeran Alwaleed ditangkap beberapa jam setelah Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud dan diberitakan di sejumlah media baik di Indonesia dan di negara Barat.
Lantas, siapa Alwaleed bin Talal dan bagaimana sepak terjangnya di Arab Saudi sebagai salah satu miliader top dunia? PepNews.com merinci dari berbagai sumber sepak terjang Pangeran yang merupakan cucu raja pertama Arab Saudi tersebut.
Sejumlah media mengatakan, selain menjadi salah satu Pangeran yang paling terkaya di dunia, Alwaleed adalah pemberi mandat pada sebuah perusahaan investasi di Kingdom Holding, yang memiliki begitu banyak saham di perusahaan kelas dunia seperti News Corp, Time Warner, Citigroup, Apple, Motorola hingga Twitter.
Alwaleed juga menjadi orang nomor satu yang mengendalikan televisi satelit yang ditonton oleh seluruh masyarakat Arab Saudi. Dengan kakayaan sebesar itu, dia menjadi sosok yang begitu popular di Arab Saudi bahkan di dunia.
Nytimes.com, Minggu, 5 November 2017 menulis, investasi Pangeran Alwaleed menjangkau seluruh dunia, termasuk Four Seasons Hotel George V di Paris, Savoy di London dan Plaza di New York. Dia juga berinvestasi di AccorHotels dan Canary Wharf, pengembangan bisnis London.
Penangkapan tersebut, tulis mereka, merupakan salah satu cara untuk memodernisasi secara ambisius dan mengkonsolidasi tingkat kekuatan seorang Pangeran yang bekerja pada lembaga anti korupsi pada usia 32 tahun itu.
“Pangeran Alwaleed adalah seorang sosok flamboyan untuk keluarga kerajaan dan merupakan salah satu orang Saudi yang paling terkenal di dunia internasional. Penangkapannya mungkin bertujuan untuk menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang berada di luar jangkauan putra mahkota,” tulis mereka.
Sejumlah analis menunding penangkapan tersebut tekait kerasnya Alwaleed mengkritisi kebijarakan pemerintah Arab Saudi terkait Qatar, seperti mengkritisi soal privatisasi dan memangkas subsidi.
Mereka berpendapat, pangeran yang mengepalai antirasuah Arab Saudi akan menjadi salah satu generasi milenial awal yang menduduki tahta Saudi. Jika itu terjadi, lanjut para analis itu, Pangeran Mohammed bin Salman naik tahta maka dia setidaknya bisa berkuasa hingga setengah abad ke depan.
Sementara, stasiun televisi pemerintah Saudi, Al Arabiya berspekulasi bahwa penangkapan yang terjadi terhadap 11 pangeran termasuk Alwaleed di dalamnya adalah tindakan atas penyelidikan kasus lama, salah satunya adalah peristiwa banjir yang melanda Jeddah pada tahun 2009.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews