There is no such thing as a free lunch, tidak ada makan siang gratis! Ungkapan yang sudah tidak asing lagi di kalangan politisi maupun para pebisnis ini menunjukkan sikap pamrih. Kebaikan yang diberikan ternyata harus dibalas dengan "kebaikan" lain di mana pada saat "makan siang gratis" belum terungkapkan.
Pengakuan bakal calon Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sesungguhnya bukan hal mengejutkan lagi, bahwa meski tidak semua partai politik meminta mahar dalam bentuk materi, namun partai pendukung bisanya lebih memilih untuk mendapatkan timbal balik berupa power sharing alias berbagi kekuasaan.
"Saya pastikan teori itu (partai minta uang) untuk kasus saya tidak ada. Jadi pure power sharing saja, political sharing atau power sharing," kata Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, seusai mendapat dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai bakal calon gubernur pada Pilkada Jabar 2018. Sebelumnya, Ridwan juga mendapat "dukungan dini" Partai Nasional Demokrat.
Senin, 11 September 2017 kemarin, dukungan PKB terhadap Kang Emil secara resmi dikukuhkan. Untuk menggenapi persyaratan 20 kursi yang disyaratkan, ia akan mendekati Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan. Jika keempat partai ini berkoalisi, maka jumlah 23 kursi sudah lebih dari cukup untuk mengusung Ridwan Kamil ke palagan Pilkada Jabar 2018.
Seperti telah dikupas PepNews! sebelumnya, PDI Perjuangan dan Partai Golkar menutup pintu bagi Ridwan Kamil karena telah kumawani (lancang) menerima dukungan Partai Nasdem di saat partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu tengah membangun dialog intensif.
Secara sepihak, Kang Emil memutuskan sendiri akan menjadi calon gubernur. Disebutkan pula, PDI Perjuangan tengah membangun komunikasi dengan Partai Golkar untuk mengusung Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sebagai bakal calon gubernur Jabar.
Kang Emil mengungkapkan, pesan dari partai politik yang mendukung bisanya meminta "kepentingannya diperhatikan". Bagi dia, hal itu tidak menjadi persoalan selama sesuai prosedur aturan.
Bahkan, ada pula partai yang meminta dukungan politik untuk cakupan lebih besar. Misalnya, memberikan suara konsituennya untuk mendukung salah seorang calon presiden.
"Misal, operasional kader-kader kami di Pilpres 2019 dibantu, jaringan Pak Ridwan diberikan kepada mereka. Jelek-jelek begini saya punya jaringan. Sepuluh relawan, saya megang berapa juta suara. Saya bagi-bagi bisa. Kepentingan partai itu kan kepercayaan. Kepentingan partai itu kan 2019," kata Ridwan tanpa tedeng aling-aling.
Ridwan sendiri mengungkapkan rasa bahagianya setelah secara resmi mendapat dukungan dari PKB. Dia menjelaskan, kedekatannya dengan PKB didasari visi dan misi yang sejalan. Fondasi politik PKB disebutnya sangat pas dengan kesehariannya yang saat ini menjabat sebagai wali kota Bandung. Setelah mendapat dukungan PKB ini, Kang Emil berencana menyusun rencana untuk menyelaraskan program kerja relawan Ridwan Kamil dengan elemen PKB serta Partai Nasdem.
Ketua DPW PKB Jabar Syaiful Huda menyampaikan sejumlah syarat yang diberikan kepada Ridwan berupa "Sembilan Agenda Jabar Lahir Batin". Syaiful menyebutkan, satu dari sembilan poin itu meminta Ridwan Kamil memajukan serta memangkas kesenjangan ekonomi di wilayah Jawa Barat Selatan.
Syaiful Huda belakangan membeberkan alasan memberi dukungan kepada Ridwan Kamil yang ia nilai sebagai sosok pemimpin muda yang memiliki rekam jejak cukup baik. Syaiful mengaku telah melaporkan hal ini kepada Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin hingga terbit surat keputusan pemberian dukungan.
"Kami lihat Kang Emil tokoh muda di Jabar, itu juga disampaikan ke cak Imin. Kita butuh mengapresiasi yang terbukti kepemimpimannya dan Cak Imin merasa Kang Emil sudah cukup jelas rekam jejaknya," kata Syaiful.
Di saat para tokoh elite malu-malu mengungkapkan dan berkelit tidak akan ada bagi-bagi kekuasaan di saat mendapat dukungan koalisi partai, Kang Emil setidak-tidaknya menunjukkan sikap sportif dan berterus-terang bahwa memang ada harga yang harus dibayar atas dukungan partai itu.
No free lunch!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews