Sejumlah media online mengutip ancaman Kordinator Pemuda Jokowi yang dialamatkan kepada Iramawati Oemar, ibu rumah tangga yang produKtif menulis kritikannya pada pemerintah.
“Kami sudah pelajari beberapa tulisan Iramawati Oemar banyak sekali hoax dan unsur kebencian kepada pemerintah saat ini,” kata Koordinator Pemuda Jokowi, Hendra Suseno Wijaya dalam pernyataan kepada Suaranasional, Selasa 22 Agustus 2017.
-Tidak dijelaskan tulisan yang mana, seperti apa hoax-nya, kenapa berkesimpulan memenuhi unsur kebencian? Mungkin saja sudah ditulis lengkap dalam berkas pengaduannya ke polisi. Entahlah.
Iramawati Oemar belakangan memang gencar mengkritisi lewat akun Facebook pribadinya beberapa kebijakan pemerintah Jokowi . Tapi kalau melihat jejak kepenulisannya, ibu rumah tangga ini bukan hater Jokowi. Juga bukan lover.
Kalau dia hater tentu dia tidak terpilih menjadi Kompasianer terbaik 2013. Blog keroyokan Kompasiana 'kan dikenal akrab dengan Jokowi. Setelah menerima penghargaan itu entah kenapa bukannya tambah giat menulis di Kompasiana, dia malah mengundurkan diri. Untuk lebih jelasnya bisa ditanyakan pada Kang Pepih Nugraha.
Bulan Desember 2015 Presiden Jokowi mengundang makan siang 100 Kompasianer ke Istana. Walaupun sudah pensiuan menulis di Kompasiana, Iramawati Oemar masuk salah daftar yang diundang. Tapi dia menolak hadir. Dalam akun Facebook-nya dia menulis alasannya, “ Tidak ada makan siang gratis. Makan siang gratisan hanya ada dalam perangkap tikus."
Sejak dia memutuskan menulis kritikan kebijakan pemerintah di akun Facebook pribadinya, entah beberapa kali tulisannya menjadi viral dan tentu saja menimbulkan pro dan kontra. Sasaran tembaknya beragam. Mulai dari kebijakan Menteri Keuangan Sri Mulyani sampai yang terakhir soal diundangnya SNSD yang disebutnya sebagai pemborosan.
Menurut Hendra, kordinator Pemuda Jokowi, pelaporan Iramawati Oemar ke polisi untuk memberikan pelajaran bagi orang-orang yang menebarkan kebencian dan hoax.
Sebelumnya, Dewan Pimpinan Nasional Seknas Jokowi mengadukan presenter cantik TV One, Windy Wellingtonia ke KPI. Penyebabnya, Windy mengamini Pak Tifatul Sembiring yang mendoakan agar Presiden Jokowi gemuk. Windy menambahkan doa agar bukan rekeningnya yang gendut.
Mungkin saja ke depan akan ada lagi daftar yang akan diadukan oleh barisan pendukung Jokowi. Simpul pendukung ini sebenarnya dibentuk saat ramainya Pilpres 2014. Setelah Jokowi terpilih menjadi Presiden RI, bukankah Presiden menjadi milik rakyat? Milik semua golongan ? Bukan cuma milik para simpul pendukung Jokowi?
Jika cinta sudah melekat, sianida terasa coklat. Kecintaan pada Jokowi bisa bikin baper. Dikit-dikit lapor. Tapi kecintaan pada Presiden bisa lebih rasional. Bukan hanya memuji tapi juga mengkritisi.
Tapi sudahlah, laporan sudah dilayangkan. Irmawati Oemar, Windy Wellingtonia tinggal menunggu nasib. Jika nasib baik bisa bebas sebelum sampai ke tangan jaksa seperti yang terjadi pada lover Jokowi, Ade Armando. Media yang lover tingkat dewa, Seword juga sudah ada yang mengadukan ke polisi, sampai saat ini tidak jelas lanjutannya.
Kalau sudah suasana tegang begini, yang bukan lover jadi bingung mau mengadu kepada siapa jika para lovers dianggap menyebarkan kebencian pada agama tertentu atau golongan tertentu. Mau mengadu pada rumput yang bergoyang?
Bahkan rumput pun takut bergoyang!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews