Idealnya Jokowi Jadi Khotib di Aksi Jumatan 2 Desember

Kamis, 24 November 2016 | 05:56 WIB
0
502
Idealnya Jokowi Jadi Khotib di Aksi Jumatan 2 Desember

Rencana aksi gelar sajadah dan sholat Jumat bersama pada tanggal 2 Desember 2016 di sepanjang jalan Semanggi hingga depan Istana Negara adalah sesuatu yang wajar. Jika hal itu berlangsung damai, maka akan memperlihatkan sebuah solidaritas yang luar biasa dan perlu diberi apresiasi.

Aksi tersebut tidak perlu disikapi secara berlebihan oleh aparat keamanan, apalagi menuding agenda sholat Jumat dimaksud bertujuan untuk menggulingkan kekuasaan. Polri, TNI dan pihak Istana mestinya lebih elegan dan cerdas dalam melunakkan amarah ummat. Bukan sebaliknya terkesan paranoid dan bersikap panik!

Tetapi tampaknya pendekatan aksi simpatik dan damai yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) serta ormas-ormasi Islam, telanjur dicurigai sebagai gerakan politik yang membahayakan stabilitas nasional. Padahal, fakta menunjukan bahwa ummat Islam justru kini menemukan cara-cara protes yang sejuk dan bernuansa religi dalam menyuarakan hak dan aspirasi mereka.

Bayangkan kalau aksi ummat Islam seputar isu dugaan penistaan Qur’an oleh Ahok dengan cara sporadis serta brutal, maka sudah tentu merugikan semua pihak. Terlebih pemerintahan Jokowi akan mengalami goncangan politik dan berujung pada kekacauan nasional. Namun sampai sejauh ini, ummat Islam hanya melakukan protes damai untuk mendapatkan keadilan.

Tuntutan keadilan tersebut agar kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok segera dituntaskan, jangan tebang pilih, apalagi berupaya untuk melindungi para pihak yang dianggap bersalah. Siapa pun mereka harus dan wajib di seret ke penjara.

Kalaupun Ahok tidak terbukti bersalah, maka ummat Islam perlu berbesar hati untuk menerima keputusan pengadilan. Jangan lagi ada tindakan pemaksaan kehendak dan menjadikan aksi massa untuk menghakimi Ahok atas dasar solidaritas politik yang bermuatan kebencian. Jelas hal itu tidak Islami!

Terkait rencana aksi jumatan 2 Desember, tidak boleh diklaim sebagai gerakan anti pemerintahan Jokowi apalagi ibadah tersebut didasari oleh semangat pelampiasan kebencian kepada Ahok. Mana ada tujuan dari sholat Jumat dijadikan sarana pertunjukan politik dan kebencian atas nama membela kesucian Islam…? Ibadah yang demikian perlu dipertanyakan sebab telah mencoreng kesucian ajaran Islam.

Sholat Jumat 2 Desember kalau dimaknai sebagai solidaritas ummat Islam, saya kira tidak salah bila Presiden Jokowi dan para pejabat negara juga berhak untuk hadir. Momentum tersebut bahkan dapat dimanfaatkan sebagai silaturahim akbar, rekonsiliasi dan sekaligus kebulatan sikap untuk menegakkan semangat kebersamaan dan persatuan nasional.

Dan sangat elok jika pihak penyelenggara aksi gelar sajadah sholat Jumat massal memberi kesempatan kepada Presiden Jokowi untuk tampil sebagai khotib. Agar Jokowi sebagai pemimpinan nasional dan sekaligus presiden yang dipilih oleh ummat Islam dapat menyampaikan pesan-pesan religi yang damai, mencerahkan dan menyatukan hati ummat Islam.

[irp posts="1726" name="Di Cikeas, Pak Esbeye Menunjukkan Sikap, Harapan, dan Keprihatinan"]

Bagitu pula Kapolri, Panglima TNI, para pimpinan Parpol bisa bertindak menjaga keamanan dengan cara hadir sebagai makmum sholat Jumat. Menyatu bersama ummat Islam sehingga tidak perlu lagi repot-repot mencurigai aksi jumatan sebagai tindakan makar. Tegasnya, tidak perlu saling adu kekuatan yang dapat berakibat republik ini menjadi bubar!

Selanjutnya, tanggal 25 Desember, saudara-saudara kita non muslim pun dapat menggelar “Natal Akbar” di seputaran Bundaran HI dengan damai dan meriah. Dimana ribuan anggota FPI dan ormas-ormas Islam mengambil peran untuk ikut terlibat menjaga keamanan dan saling berangkulan secara sejuk dan indah.

Kedua peristiwa tersebut bisa dijadikan agenda nasional setiap tahun untuk merekatkan semangat kebersamaan anak bangsa dan segaligus memantik kesadaran seluruh rakyat bahwa perlunya saling menjaga toleransi dan kedamaian. Mulailah dengan berpikir positif, stop hasutan dan propoganda bernuansa SARA!

Faizal Assegaf (Ketua Progres 98)

***

[irp posts="2031" name="Demo 2 Desember; Mencintai Tuhan dengan Cinta, Bukan dengan Benci"]