Di Cikeas, Pak Esbeye Menunjukkan Sikap, Harapan, dan Keprihatinan

Kamis, 3 November 2016 | 06:33 WIB
0
587
Di Cikeas, Pak Esbeye Menunjukkan Sikap, Harapan, dan Keprihatinan

Lihatlah Pak Esbeye. Raut wajahnya yang mulai terlihat lelah menghiasi, garis-garisnya jelas. Lupakan sejenak soal kabar mereka yang masuk golongan garis keras dan berani. Sekali lagi, lihatlah Pak Esbeye. Beliau bertutur dengan penuh kegelisahan.

Kegelisahan saya, kegelisahan Anda, belum seberapa karena kita cuma digelisahkan urusan dapur agar tetap mengepul. Beliau tak perlu dapur, tapi kegelisahannya memang memunculkan asap begitu tebal, terutama pada hari Rabu 2 November 2016 atau empat tahun setelah "kiamat" --ingat "kiamat" 'kan sudah lewat pada Pilkada 2012 lalu.

Beliau tampil dengan ekspresi sarat makna sekaligus beban, muncul di TV, dijepret fotografer, direkam para reporter. Di sana beliau menunjukkan kemampuan lebih, bagaimana menunjukkan rasa prihatin dengan wibawa berlebih pula, memperlihatkan kemarahan yang  jauh di atas Ratih Purwasih.

[irp]

Kenapa Ratih Purwasih harus disebut di sini? Karena memang ada kemiripan; sama-sama menggemari musik lembut. Yang berbeda ya itu tadi, dalam hal menampilkan kemarahan tanpa melupakan karisma, sedangkan Ratih cenderung terlihat sedih tiap melantunkan lagu-lagunya.

Pak Esbeye marah, dan beliau sudah terlalu lelah. Tolong pahami itu dengan empati dan simpati mendalam. Jika gagal merasakan kemarahan beliau, saya anjurkan dengarkan dulu ceramah-ceramah Habib Rizieq Shihab, bagaimana kemarahan itu. Saya sudah mendengar ceramahnya itu, walaupun memang beda dengan Pak Esbeye.

Jika diibaratkan musik, Pak Esbeye memang condong ke pop Obbie Mesakh, dan Rizieq Shihab cenderung ke musik heavymetal. Dua figur itu sudah menunjukkan bahwa musik pop dan metal dapat dikawinkan. Mereka pun bisa berduet untuk membentuk grup musik seperti pernah diperlihatkan Bangun Sugito lewat grup band Rollies-nya yang bergenre Jazz Rock.

Harmoni. Tidakkah kalian dapat menemukan harmoni dari dua tokoh tadi? Kita butuh harmoni, seperti Anda dan istri akan sulit harmoni jika tidak ada chemistry dan, satu lagi, salary. 

Tapi saya tidak tahu apa-apa soal apakah selain chemistry juga pernah Pak Esbeye bercerita soal salary ideal untuk siapa saja yang bersedia membantu pergerakan politiknya? Itu jelas bukan urusan saya, karena orang-orang seperti saya itu lebih pusing memikirkan salary sendiri daripada bagaimana nasib sahabat seiman di FPI, misalnya.

Yang jelas, saya menganjurkan lihatlah Pak Esbeye dengan rasa prihatin yang masih Anda punya, terlepas betapa memprihatikannya hidup Anda. Pak Esbeye lebih penting untuk Anda perhatikan, menyimak lagi tutur katanya, pesan-pesannya, sebab mungkin di sana ada rahasia sukses: melejitkan reputasi Anda untuk mengincar posisi lurah atau paling tidak posisi Ketua Erte.

Atau, mungkin di sana ada petunjuk penting bagaimana cara membangun keluarga yang seiya sekata, berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan meminta anak Anda berhenti bekerja jika Anda sudah tak lagi jadi lurah.

Jangan berburuk sangka. Itu tak baik. Sebab memang bukan tak mungkin di sana ada rahasia sukses dan petunjuk penting itu.

Anda pernah ikut kepramukaan? Saya sendiri pernah, tapi hasilnya untuk cari muka saja baru berhasil di level mertua hingga bersedia menikahkan saya dengan anaknya. Sedangkan Pak Esbeye bukan lagi pramuka lho, tapi jenderal di dunia ketentaraan, dan kemampuannya jelas jauh di atas mantan anak Pramuka. Jadi urusan cari muka itu bukan lagi persoalan bagi beliau.

Itulah kenapa saya menganjurkan Anda menyimak pidato beliau, mendengar dengan saksama, dan dengan penuh perasaan. Siapa tahu Anda nanti pun terinspirasi membuat album lagu yang dapat mengalahkan Gito Rollies atau... Obbie Messakh!

[irp]

Bisa Anda bayangkan jika album Anda nanti meledak di pasaran. Pak Esbeye saya pastikan akan sangat bangga, bahwa rahasia sukses dan petunjuk penting dari beliau dapat Anda terima dengan sebenar-benarnya, dan BERHASIL.

Jika nantinya Partai Demokrat terus eksis hingga "lebaran kuda", Anda pun akan diuntungkan, lho. Karena jika Anda diundang mentas dalam kampanye-kampanye mereka; dapat dibayangkan bagaimana isi rekening Anda dengan cepat membengkak, dan orang-orang dari bank-bank ternama yang cantik-cantik akan menelepon Anda dengan rajinnya. Jika sudah begitu, kan Anda dapat meminta nomor WhatsApp mereka, PIN BBM, atau mungkin ID Line. Siapa tahu, kan?

Dampak lebih jauh, baik dari skala pribadi hingga nasional, jumlah lajang akan berkurang jumlahnya, usaha-usaha wedding organizer akan terbantu lebih jaya, dan terpenting lagi takkan ada yang rela merendahkan diri hanya berteriak-teriak di tengah jalan lengkap dengan microphone hanya untuk nasi bungkus dan duit lima puluh ribu.

Jadi, kali ini saja, dengarkan saya dan lihat Pak Esbeye dengan rasa prihatin Anda, dan rasa tulus dan ikhlas. Agar lebih lengkap, putarlah lagu-lagu Obbie Messakh. Pelan-pelan ikuti lirik demi lirik, "Malu aku malu pada semut merah, yang berbaris di dinding, seakan penuh tanya...."

Tapi juga hati-hati, jangan sampai ada semut nekat yang memanfaatkan rasa prihatin Anda, menelusup lewat ujung pantalon dan menggigit ujung lainnya. Nah!

***