Untuk semua partai Islam, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lebih unggul dan sempurna berdandan agamis. Hal itu terjadi sampai sekarang. PKS lekat dengan agama. Akan tetapi, di era kekuasaan Preesiden Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah borok partai terbongkar, khususnya terkait kejahatan korupsi yang menyita perhatian publik.
Fakta kebejatan sejumlah kader yang terlibat kejahatan itu masih terekam di benak publik, sampai sekarang, bahkan dalam beberapa kasus kadang partai ini nekat membela teroris dan doyan mengkafirkan mereka yang tidak sealiran, serta tergiur nafsu duniawi di jalur curang.
Bermula dari kisah Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaq yang sukses mengukir sejarah hitam, nama PKS mulai tercoreng. Pimpinan PKS ini terseret skandal uang haram, diciduk KPK dan terpaksa "bertafakur" di balik jeruji penjara.
[irp]
Cerita berlanjut. Selain SBY, Presiden Jokowi juga terbukti galak memerangi koruptor. Melalui lembaga antirasuah KPK, operasi tangkap tangan kembali berhasil menyeret kader PKS.
Sang koruptor termasuk "kelas kakap" dari sisi jabatan, yakni Gubernur Gatot Puji Nugroho. Mata jutaan rakyat dibuat terbelalak. PKS terkesan tidak kapok memamerkan syahwat kekuasaan yang melenceng dari ajaran Islam, khususnya perbuatan korupsi.
Ihwal aib itu melabarak para dedengkot PKS. Sementara sebagian loyalisnya bergerilya meredam kecaman ummat. Tapi upaya kemunafikan tersebut belum berhasil.
Putar otak, militan partai berjubah agama ini meracik isu panas untuk mengelabui rakyat. Jurus nekat pun dilakoni, sahut-sahutan teriak: “Ahok kafir”. Suara penuh amarah itu bergulir liar. Teriakan "Ahok kafir" menjati alat politik yang sah untuk meredam laju dan gerak lawan.
Hajat gerakan “anti Ahok” kian kencang menghasut publik. Targetnya; pulihkan citra partai dan menangkan Cagub yang mereka usung di zona strategis ibu kota Negara.
Asbab itu tampak PKS dan jaringan kelompok garis keras bersekutu. Sembari menunggangi ambisi Prabowo Subianto dan Gerindra demi meraih kemenangan bersama. Pada Pilgub DKI, PKS bersama Partai Gerindra mendukung pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Silakan saja! Toh rakyat sudah cerdas dan tahu akal bulus PKS. Ahok benar seorang Nasrani dan dijuluki “Cina kafir”. Namun dia bukan politisi bertopeng agama yang gemar mencuri uang negara!
Tidak semua kader PKS berwatak KKN, sebagian dari mereka adalah politisi yang bersih dan istiqomah. Dan tidak mustahil di balik layar mereka justru bersimpati kepada Ahok...?
***
[irp]
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews