Mengapa Elektabilitas Agus Harimurti Mengungguli Anies Baswedan?

Minggu, 23 Oktober 2016 | 21:32 WIB
0
472
Mengapa Elektabilitas Agus Harimurti Mengungguli Anies Baswedan?

Masih unggulnya elektabilitas pasangan calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat dari dua penantangnya, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Agus Harimurti-Sylviana Murni bukanlah berita penting sebagaimana hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).

Hasil Survei SMRC yang paling menarik justru unggulnya pasangan Agus-Sylviana atas pasangan Anies-Sandiaga, mengingat pada awal-awal terbentuknya pasangan ini Anies-Sandiaga yang justru unggul atas Agus-Sylviana. Pergeseran peringkat ini menarik pula untuk disimak, apa penyebab semua itu?

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsudin Haris, sebagaimana dikutip Tempo.co menuturkan, unggulnya Agus dibandingkan Anies lantaran pemilih masih melihat faktor fisik yang enak dipandang. Dalam hasil survei SMRC tersebut, kata Syamsudin, “Enak dipandang” masuk posisi terakhir berdasarkan sifat kepemimpinan yang dipilih responden.

[irp]

Dalam survei SMRC tersebut sebanyak 0,1 persen responden memilih sifat tersebut. Sedangkan di posisi pertama, sifat jujur, bisa dipercaya, dan bersih dari korupsi mendapatkan poin 44,7 persen. "Sebagian masyarakat masih menjadikan faktor enak dipandang sebagai penentu. Meski persentasenya sedikit dibanding pemimpin yang jujur," kata Syamsudin.

Sebenarnya, menarik juga pandangan yang dikemukakan “pengamat warga biasa” lewat status-status Facebook unggulnya pasangan Agus-Sylviana atas Anies-Sandiaga. Pemilik akun Kendro Hendra lewat statusnya mengatakan demikian;

“Lessons learnt untuk Anies-Sandiaga, kehilangan pendukung karena;

1). Mainkan SARA (timses dan partai pendukung ikut demo Ahok), 2). Tidak mengakui prestasi Ahok (rancangan Foke), 3). Membuat Kontrak Politik yang tidak membela kepentingan mayoritas warga DKI (sedangkan Agus menolak Kontrak Politik).”

Kendro melanjutkan statusnya dengan apa yang disebutnya friendly advise: "Daripada menyerang Ahok (toh tidak mungkin bisa menang); mendingan sekarang menyerang Agus agar minimal masuk putaran 2 dulu."

Ada benarnya pengamatan warga biasa ini mengenai unggulnya pasangan Agus-Sylviana atas Anies-Sandiaga.

 

Keunggulan ini membuat putera bungsu mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini semakin percaya diri dan boleh berharap bisa melaju putaran kedua jika Ahok-Djarot tidak unggul 50 persen plus 1 pada putaran pertama.

 

Maklum, pada awal penetapan pasangan calon, selain dianggap “anak bawang”, Agus-Sylviana menjadi jurukunci sebagaimana dipersepsikan warga.

Ketika keunggulan sudah terjadi, setipis apapun, siapapun akan mengolah dan mempertahankan keunggulan itu sampai elektabilitasnya mendekati pasangan Ahok-Djarot yang menurut survei SMRC itu sebesar 44,4 persen, diikuti Agus-Sylviana 22,4 persen dan Anies-Sandiaga 19,9 persen. SRMC merilis hasil surveinya ini pada Kamis, 20 Oktober 2016 lalu. 

[irp]

Survei dilakukan pada 1-9 Oktober 2016 dengan metode multistage random sampling dan melibatkan 648 responden. Margin of error survei ini 3,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan wawancara tatap muka.

Namun demikian Direktur Program SMRC Sirojudin Abbas mengatakan, sedikit unggulnya Agus dibanding Anies dengan perbandingan persentasenya masih berada di margin of error alias "tidak terlalu signifikan perbedaannya.”

Toh keunggulan tidak terlalu signifikan, tidak terlalu penting, atau apapun namanya, tetap merupakan kemenangan psikologis yang berarti bagi Agus-Sylviana sekaligus pelajaran berharga bagi Anies Baswedan yang mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu.

Apalagi dalam survei itu jika Anies dan Agus berhadapan head to head, posisi Agus juga lebih unggul dibanding Anies dengan 37,2 persen responden memilih Agus dan 34 persen responden memilih Anies.

Agus tinggal memelihara keunggulan itu dan bila perlu memperlebar jarak dengan Anies lewat kampanye-kampanye simpatik, mengandalkan wajah ganteng dan usia muda, tidak menyerang lawan, dan terutama menghindari kampanye bernuansa SARA yang terbukti sudah semakin tidak populer di mata warga pemilih Jakarta yang terdidik.

Sekarang Agus boleh bermimpi bisa masuk putaran kedua head to head melawan "juara bertahan" Ahok, itupun dengan catatan tadi, pada putaran pertama pasangan Ahok-Djarot tidak meraih kemenangan 50 persen plus 1.

***

[irp]