IDE MENULIS OPINI (1) - Bukan Sekadar Kejar Aktualitas, Cari Novelty!

Selasa, 11 Oktober 2016 | 04:30 WIB
0
566
IDE MENULIS OPINI (1) - Bukan Sekadar Kejar Aktualitas, Cari Novelty!

Saya selalu bilang nonsense jika kamu tidak punya ide untuk menulis apapun, termasuk menulis artikel atau opini untuk konsumsi blog. Ya, minimal blog sajalah biar kamu bisa mengembangkan apa yang disebut freewriting, menulis merdeka. Bisa juga lebih luas opini untuk kepentingan media massa.

Kenapa saya bisa bilang seolah-olah menggampangkan begitu? Sebab ide untuk menulis artikel atau opini selalu ada di dekat-dekat kamu, tidak jauh-jauhlah dari kamu. Ibarat pacar baru, selalu dekat dan lengket. Persoalannya, kamu tidak peka saja terhadap peristiwa dan fenomena yang terjadi di sekitarmu itu. Bener, kan?

Memang menulis artikel atau opini mensyaratkan dirimu pakar di bidangmu, yang orang lain belum tentu tidak bisa seperti kamu.

Kata "pakar" kayaknya menyeramkan buatmu, ya. Tapi beginilah, jangan terjebak kata menyeramkan itu. "Pakar" yang saya maksud di sini adalah keahlianmu sendiri yang tidak usah terkait dengan kamu lulus S1, S2, S3 yang kalau kamu lulus pun belum tentu sepintar Samsung yang sudah S8 (hehehe....). Kepakaran di sini adalah apa yang kamu bisa dan kuasai saat ini. Itu saja.

Jadi lupakan saja itu strata akademi. Kalau kamu lulusan SD bahkan tidak lulus SD sekalipun, tetapi kamu pakar dalam menjinakkan ular berbisa dan kebetulan suka menulis, ya tulis saja tentang bagaimana caramu menjinakkan ular berbisa. Kelak kamu akan ceritakan jenis-jenis ular berbisa, apa akibatnya kalau menggigit manusia, bagaimana penanganannya biar orang tidak mati hanya karena digigit ular berbisa, dan dari mana kemampuan menjinakkan ular berbisa kamu dapatkan. Nah, seputar-seputar itulah yang kamu tulis; seputar kepakaranmu!

Contoh lain. Okelah kamu menyukai ikan koi dan tahu dari Alpha sampai Omega bagaimana memelihara ikan koi, maka itulah yang kamu bisa tulis sebagai pakar. Jadi kalau suatu waktu ada berita orang mati gara-gara ikan koi, nah.... ini kesempatan buatmu untuk menunjukkan kepakaranmu apa iya orang bisa mati gara-gara makan ikan koi? Apa enak ikan koi dimakan? Kenapa orang nggak pernah mau makan ikan koi yang bersih tinimbang makan ikan lele yang maaf.... agak-agak jorok gitu?

Jadi, kuncinya tergerak dan kepakaranmu terusik. Nah, keresahan ini jangan dibiarkan beku di lemari es pikiranmu, tuangkan saja di blogmu, itu kalau kamu cukup gaul. Kalau rada "kudet", ya menulislah di catatan harianmu pakai tinta dan kertas. Yang sudah menjadi jamaah Fesbukiyah, ya tulis statuslah minimal. Maksudnya biar nggak lupa aja, kapan-kapan dibikin tulisan serius, ya tulisan opini yang sedang saya bahas ini.

Artikel atau tulisan opini mensyaratkan aktualitas, kemutakhiran, dan dalam aktualitas itu yang penting menemukan kebaruan (novelty).

 

Aktualitas karena orang sedang membicarakannya di mana-mana. Ahok dan Surah Al-Maidah 51, misalnya. Itu aktual, termasuk kebaruannya, yaitu Ahok minta maaf. Kalau pinjam istilah Twitter, maka Trending Topic-lah maksudnya.

 

Kebaruan tidak harus selalu sejalan dan seiring dengan aktualitas. Novelty adalah hal-hal baru yang belum banyak terungkap atau belum ada orang lain yang mengungkapkannya. Ibarat "novum" di pengadilan, ada bukti baru yang ditemukan. Jadi, novelty tidak harus selalu isu baru atau mutakhir.

[irp posts="1301" name="Ide Menulis Opini (2)"]

Gonjang-ganjing Pilkada DKI dengan pernyataan Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy yang ingin mengembalikan frasa "orang Indonesia asli" ke UUD 1945 sebagai syarat Presiden dan Wapres RI, misalnya, itu adalah isu baru, aktual dan mutakhir, tetapi coba cari kebaruan atau hal baru apa yang sekiranya bisa kamu ungkap dari wacana yang digelindingkan politikus PPP itu.

Boleh jadi Presiden Jokowi sampai harus menanggapi pernyataan Romahurmuziy misalnya dengan berkelakar, "Jangan-jangan yang dimaksud 'orang Indonesia asli' sebagai syarat menjadi Presiden RI itu adalah Phitecanthropus erectus."

Nah, kalau benar-benar Presiden Jokowi sampai mengomentari begitu, selain aktual, pernyataan itu benar-benar sebuah novelty, hal baru dari pengulangan frasa 'orang Indonesia asli'.

Sampai di sini dulu, ya! Bahasan lanjut ke berikutnya.....

(Bersambung)

***