PDIP Tunjuk Ahok sebagai Bakal Calon Gubernur, Pilkada Hanya Satu Putaran

Selasa, 20 September 2016 | 19:43 WIB
0
187
PDIP Tunjuk Ahok sebagai Bakal Calon Gubernur, Pilkada Hanya Satu Putaran

Jika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) benar-benar mencalonkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta mendatang berpasangan dengan kader PDIP Djarot Saiful Hidayat, sudah dipastikan Pilkada DKI Jakarta yang akan dilaksanakan 15 januari 2017 hanya akan berlangsung satu putaran.

Hal ini berdasarkan berbagai survei yang menempatkan Ahok dengan elektabilitas tertinggi di antara sejumlah kandidat gubernur DKI Jakarta.

Jika PDIP mencalonkan Ahok, maka tertutup peluang Tri Rismaharini untuk maju sebagai kandidat dari PDIP. Dari berbagai survei dan survei terakhir yang dilakukan Poltracking menunjukkan, hanya Risma, panggilan Wali Kota Surabaya itu, yang dapat mengimbangi dan bahkan mengungguli Ahok.

Jika Ahok berpasangan dengan Djarot dan dihadapkan dengan pasangan Anies Baswedan - Sandiaga Uno, maka perimbangannya masih unggul Ahok-Djarot meski dengan persentase sangat tipis, yakni 37,95 berbanding 36,38.

Tetapi jika Ahok-Djarot berhadapan dengan pasangan Tri Rismaharini - Sandiaga Uno, maka pasangan Risma-Sandiaga unggul atas Ahok-Djarot, yakni 38,21 persen berbanding 36,92 persen. Untuk itulah mengapa sedari awal Sandiaga yang didorong Partai Gerindra rela "turun derajat" hanya sekadar bakal calon wakil gubernur jika dipasangkan dengan Risma yang menjadi bakal calon gubernur.

Ahok jika berpasangan dengan Heru Budi Santoso juga akan kalah melawan Risma-Anies dengan persentase 37,95 berbanding 35,64 untuk keunggulan Risma-Anies. Dari survei Poltracking ini terlihat, Ahok sebenarnya rentan dan bisa saja dikalahkan jika Risma yang dimajukan.

Tetapi kenyataan bicara lain jika PDIP tidak memunculkan nama Risma sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta. Ahok-Djarot tidak akan terbendung. Bahkan PepNews! memperkirakan, Pilkada 2017 hanya akan berlangsung satu putaran saja.

Berbeda jika PDIP jadi menyorongkan Risma, kemungkinan Ahok terjungkal sangat besar, setidak-tidaknya Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung luar biasa seru dan menegangkan.

Nama Anies Baswedan yang mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mendadak muncul di bursa pencalonan dengan dukungan "Poros Baru" yang terdiri atas PKB, PPP, PAN, dan PD. Munculnya Anies mau tidak mau head to head dengan mantan menteri lainnya, yaitu Yusril Ihza Mahendra.

Yusril sejatinya sudah lebih dulu "berkeringat" dibanding Anies. Selama ini dia berupaya meraih simpati publik dengan berbagai cara sekaligus memikat parpol agar bisa dicalonkan. Namun sampai ulasan ini ditulis, belum ada satupun parpol yang bersedia mencalonkanya.

Koalisi Gerindra dan PKS yang boleh disebut KoDuapa misalnya, menyorongkan Sandiaga-Saefullah. Jika PDIP bergabung dengan tiga partai terdahulu, yakni Golkar, Nasdem, Hanura alias Koalisi GaNahan untuk mendukung Ahok-Djarot, maka "Koalisi Baru" tinggal melabuhkan pilihan pada Yusril Ihza Mahendra. Dengan demikian hanya ada tiga pasangan calon saja dalam Pilkada DKI Jakarta.

Berbeda jika PDIP mencalonkan sendiri jagonya, katakanlah Risma, maka pasangan yang mungkin bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta ada empat pasangan.

Namun sinyal PDIP menjatuhkan pilihan pada Ahok-Djarot akan membuat pasangan yang bertarung hanya ada tiga dan dengan demikian Pilkada pun hanya akan berlangsung satu putaran jika merujuk pada hasil survei selama ini di mana elektabilitas Ahok tidak terkalahkan jika tanpa Risma.

Tetapi, Ahok bisa kalah jika PDIP menyorongkan nama Risma!

***