Cerpen: Pepih Nugraha
Asyik juga memandang diri sendiri dari halaman tetangga. Seperti memandang cermin raksasa bernama Nusantara, aku melihat diriku berada di dalamnya. Demikianlah, kadang kau perlu pergi jauh hanya untuk menangkap bayanganmu di tanah yang kautinggalkan.
Seperti memutar film sekuel, bayangan diriku fragmen demi fragmen bermunculan. Berkelebat siliberganti. Pekerjaan yang menunggu, kesibukan yang seperti tidak ada habisnya, orang-orang di dekat dan di sekelilingku, bermunculan membawa kenangan sendiri-sendiri. Sementara aku kesepian di sini, di Negeri Tumasik.
Negeri mungil ini sudah terhitung sering kudatangi, meski hanya sekilas saja. Sekarang, untuk kurang lebih 72 jam ke depan, aku berada di negeri yang gempita ini. Temasek blv tidak pernah sepi, bahkan untuk menyeberang sekalipun harus menunggu waktu.
Ketika berada di puncak Conrad Centennial, aku bisa memandang negeriku dari kejauhan, memandang diriku sendiri, juga memandangmu!
Surat ini kutulis buat orang yang mengerti benar perasaanku selama ini, orang yang tidak sekadar memandang diriku sebagai teman, sahabat, ayah, atau bahkan seorang suami. Dia adalah orang yang memandang diriku sebagaimana apa adanya. Sebagaimana aku, tanpa embel-embel apapun di belakangnya.
Dan, kautahu betapa berat kaki ini melangkah meski tak ada lambaian tangan perpisahan atau ucapan selamat jalan!
Tetapi ketika burung besi yang membawaku terbang semakin menjauh, aku masih melihat kau melambaikan tangan di apron, di jalur dimana burung besi tadi melata untuk kemudian menengadah menembus mayapada. Dari kejauhan aku memandangmu, meski hanya bayangan. Kau tak akan pernah sendirian, sayang!
"Kau akan baik-baik di sana," katamu.
"Semoga," kataku. "Kau juga baik-baik di sini, ya!"
Kau mengangguk. Lalu kita sama-sama menarik selimut tinggi-tinggi, mencari kehangatan, karena dentaman air hujan di luar menampar genting sedemikian dahsyat dan mencekam, membawa serta angin yang menyelusup melalui tirai kamar.
Selagi tubuh ini dimangsa burung besi dan berada dalam perutnya, pernah terbayang sebuah gelembung raksasa. Kau yang berada dalam gelembung itu ikut melayang, melambung semakin tinggi.
Harapan, tentu saja aku harus berada bersamamu dalam gelembung raksasa itu. Tapi menembus gelembung itu, bukanlah pekerjaan mudah bagiku. Bila kutembus gelembung itu, ia akan pecah bagai kaca kristal, dan kau akan terempas karenanya.
Aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan, meratapi dirimu yang melayang semakin jauh. Aku takkan lama memandangmu, juga memandang diriku, dari halaman negeri tetangga. Lusa, mungkin aku sudah pulang ke Tanahair dan akan menemuimu lagi.
Harapanku, kau masih bisa kupandangi dengan penuh takjub, kuhirup harum nafasmu, dan kubelai perlahan rambutmu.
Harapanku, aku masih bisa mengusap pipimu yang bening bak pualam.
Harapanku, aku bisa tetap berusaha untuk berada dalam gelembung raksasa di mana kau ada di sana, dengan cara apapun.
Kecuali kau tak menghendakiku lagi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews