Satelit Facebook Meledak, UFO Jadi "Kambing Hitam", Menggelikan!

Jumat, 9 September 2016 | 10:10 WIB
0
465
Satelit Facebook Meledak, UFO Jadi "Kambing Hitam", Menggelikan!

 [embed]https://www.youtube.com/watch?v=_BgJEXQkjNQ[/embed]

Teori konspirasi langsung membubung tinggi terkait meledaknya roket Falcon 9 yang membawa satelit AMOS-6 milik media sosial terbesar sejagat raya, Facebook, beberapa waktu lalu. Uniknya, konspirasi itu berkembang di dunia Barat bahwa ledakan yang membuat roket itu terbakar dan hancur berkeping-keping akibat ulah benda terbang tak dikenal, unidentified flying object (UFO), yang dalam bahasa Betawi disebut "piring terbang".

Tak pelak, keberadaan UFO yang sampai sekarang masih spekulatif antara ada dan tiada itu menjadi kambing hitam oleh orang-orang berkepentingan di Amerika Serikat, markas di mana Facebook berdiri. Konon teori konspirasi adanya ulah UFO itu terlihat dalam rekaman lambat yang disebarkan melalui  YouTube pada detik-detik roket itu meledak.

Gerakan aneh berupa noktah hitam yang berjalan dari ujung kanan video ke arah di mana roket Falcon 9 yang memanggul satelit Facebook berada menjadi biang keladi ledakan. Karena titik hitam yang bergerak dan kemudian menghilang bersamaan dengan meledaknya roket itu belum bisa teridentifikasi, maka dikambinghitamkanlah ia sebagai UFO yang punya kerjaan.

Namanya juga teori konspirasi, sampai  saat ini belum ada penjelasan terkait "benda asing" tersebut. Menurut teori yang beredar, obyek yang dikambinghitamkan itu berupa UFO, drone, atau "kendaraan" terbang lain yang berdiameter lebih kurang satu meter dan konon melaju dengan kecepatan hampir 5.000 kilometer per jam. Namanya teori berbau konspirasi, sulit dipercaya akan kebenaran dan keakuratan "fakta" tersebut.

Teori konspirasi dengan mengkambinghitamkan UFO sebenarnya bisa dibantah dengan argumen yang lebih masuk akal (make sense) dari sekadar menyalahkan UFO sebagai penyebab ledakan. Apakah benar benda hitam yang terekam dalam video itu merupakan "benda asli" dan bukan rekayasa montase video.

Harap diingat, lewat kecanggihan digital seseorang bisa menaruh benda apa saja dalam sebuah gambar video dan "benda baru" yang ditaruh itu seperti benar-benar melekat utuh dan menjadi bagian dari peristiwa yang terekam.

Masih ingat beredarnya video serupa di YouTube tentang hancurnya menara kembar Gedung WTC 11 September 2001 dengan menyisipkan obyek-obyek baru (lewat teknologi digital) sehingga dikesankan yang membuat hancur gedung itu bukan karena tertabrak pesawat penumpang yang dikendalikan teroris, melainkan oleh UFO alias benda terbang tak dikenal. Lagi-lagi UFO yang dikambinghitamkan.

Obyek baru hasil rekayasa digital juga pernah menghebohkan jagat internet dengan turunnya "Malaikat" di atas Kabah di Mekah beberapa waktu lalu. Kehebohan yang hampir mirip pernah terjadi saat kamera CCTV Mall Cilandak Town Square (Citos) disebutkan pernah merekam jatuhnya "Malaikat" atau "Bidadari" di seputaran tempat nongkrong di Jakarta Selatan itu. Tidak pernah ditelusur lebih jauh apakah obyek yang jatuh dari langit itu "Malaikat" atau "Bidadari" yang sama atau berbeda.

Kemungkinan teror

Namun yang pernah saya alami saat ditugaskan Harian Kompas untuk meliput peluncuran satelit Telkom-2 di Kourou, Guyana Perancis, tahun 2005 lalu yang menggunakan roket milik Arianspace milik perusahaan konsorsium Eropa, seluruh area dalam radius tertentu yang berdekatan dengan pusat peluncuran sudah disterilkan sedemikian rupa. Hampir seluruh akses jalan ditutup untuk umum dan di beberapa lokasi ditempatkan tentara Perancis lengkap dengan peralatan tempur canggihnya. Suasana benar-benar seperti sedang menghadapi perang.

Saat saya bertanya kepada orang-orang Arianespace mengenai suasana perang ini, mereka membenarkannya. Bila perlu, katanya, jadwal peluncuran tidak perlu diberitakan. Upaya pensterilan lokasi yang berdekatan dengan pusat peluncuran untuk meminimalisir upaya teror yang dilakukan teroris internasional. "Peluncuran roket ini bernilai ratusan miliaran dollar Amerika, juga melibatkan berbagai negara sehingga kami perlu mengantisipasi teror sekecil apapun," demikian penjelasannya.

Jelas, antisipasi yang dilakukan pihak Arianespace bukan karena khawatir adanya serangan UFO atau piring terbang yang iseng, melainkan karena upaya preventif untuk mengantisipasi serangan terorisme yang bisa saja menggagalkan peluncuran. Bukan hanya teroris yang beraksi, tetapi kemungkinan upaya penggagalan oleh pihak "musuh" atau para pesaing, juga lebih diutamakan. Dalam konteks Arianespace milik Eropa, bisa jadi pesaing itu adalah Amerika Serikat, Rusia, dan bahkan Tiongkok.

Bagaimana dengan Satelit Facebook? Apakah Falcon 9 milik SpaceX tidak punya musuh atau pesaing? Apakah Facebook juga tidak punya musuh? Apakah Facebook tidak punya pesaing seperti Google, misalnya?

Facebook memang bisa diterima di beberapa negara "demokratis", tetapi di Tiongkok, Korea Utara, dan bahkan Turki, Facebook tidak bisa beroperasi. Bagi negara-negara ini, Facebook adalah "benda asing" seperti UFO yang membahayakan dan karenanya bukan hanya harus diblokir, tetapi harus dihancurkan. Cara menghancurkan bisa apa saja, bisa langsung "ditembak" dengan senjata pemusnah yang sepeti tidak terlihat mata (menggunakan teknologi Nano, misalnya), atau menyusupkan orang (intelijen) ke pusat pengendali dan peluncuran roket.

Teori konsiprasi dengan menyatakan kemungkinan penyebab meledaknya Satelit Facebook adalah negara-negara yang berkepentingan dengan keinginan hancurnya Facebook atau ulah pesaing yang tidak ingin Facebook maju, jauh lebih masuk akal daripada mengkambinghitamkan UFO.

Sebagaimana diberitakan, roket Falcon 9 milik SpaceX meledak saat melakukan uji coba static fire atau menyalakan pendorong tanpa meluncur, Kamis 1 September 2016 di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. 

Dugaan sementara ahli, ledakan disebabkan anomali pada launch pad atau bangunan penopang peluncuran roket. Otomatis ledakan menyebabkan hancurnya satelit AMOS-6 yang diusung roket. Satelit itulah yang rencananya akan dipakai untuk memancarkan sinyal internet gratis Mark Zuckerberg si juragan Facebook.

Satelit AMOS-6 dibangun oleh perusahaan aeronautika Israel bernama Space Communication dengan nilai 195 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,5 triliun. Bersama Eutelsat, facebook memiliki kontrak pemakaian dan pengelolaan satelit selama lima tahun ke depan.

Atas kasus meledaknya Satelit Facebook ini, pembaca dituntut lebih cerdas dalam mengunyah dan memahami berita yang tersaji. Apalagi berita yang cenderung "bermata kuda", lurus tanpa hirau dengan analisis dan kemungkinan lain. Maka pengkambinghitaman UFO sebagai penyebab meledaknya Satelit Facebook jangan ditelan begitu saja.

Let's think, be smart!

***