Bukan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri yang menggagalkan Tri Rismaharini hijrah dari Surabaya ke Jakarta, bukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dengan berbagai cara menghadangnya masuk Jakarta, bukan pula karena ia ditunjuk sebagai Jurkamnas PDIP untuk Pilkada 2017.
Yang menggagalkan Risma, panggilan akrab Walikota Surabaya ke Jakarta, ternyata seorang bocah perempuan bernama Emelia Ilmi.
Portal berita Detikcom menayangkan secara epic pertemuan antara Risma dengan siswa SDN Sumberejo II di Kecamatan Pakal, Surabaya, Kamis 11 Agustus 2016, di mana tiga anak di antara siswa itu datang menghampiri Risma sambil menangis tersedu-sedu. Mereka meminta Risma untuk tidak meninggalkan Surabaya. Salah satu dari anak itu belakangan diketahui bernama Emelia Ilmi.
"Ibu jangan ke Jakarta, Ibu pokoknya enggak boleh ke Jakarta," rengek Emelia, salah satu siswi kelas 5 tersedu sambil memeluk Risma. Detikcom mengambarkan, Risma berusaha menenangkan siswi yang terisak itu (lihat foto Detikcom karya fotografer Budi Sugiharto).
"Enggak boleh nangis, ndak, ndak. Enggak ada yang ke Jakarta. Siapa yang ke Jakarta, enggak ada yang ke Jakarta. Ayo bergembira, ayo, cup, cup," bujuknya. Setelah mendapat kepastian jawaban dari Risma, Emelia pun sedikit tenang. "Ibu janji ya enggak ke Jakarta. Di sini ae," pintanya.
Anak-anak sekolah dasar tentulah masih imun dari rekayasa politik. Tidak mungkin ada partai politik yang membayar Emelia dan kawan-kawan untuk berakting agar menangis tersedu-sedu di hadapan Risma. Anak-anak menangis karena memang khawatir Risma jadi hijrah ke Jakarta. Maklum, tekanan para koboy politik di Ibukota agar Risma segera ke Jakarta sangatlah besar.
Politisi itu beranggapan, hanya Risma sosok yang pantas untuk bisa melawan Ahok di palagan Pilkada 2017 nanti. Padahal politisi PDIP Masinton Pasaribu menjamin, "Kambing Dibedaki" pun jika dicalonkan akan bisa mengalahkan Ahok.
Namun sejauh itu, 7 pentolan parpol yang tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan alias KoKeluar belum berani berspekulasi mengajukan "Kambing Dibedaki". Mereka baru menyebut sosok calon gubernur DKI Jakarta bernama "Kriteria".
Kuat dugaan, Emelia tidak rela figur yang sangat mereka cintai itu disamakan dengan "Kambing Dibedaki" sebagaimana dikatakan Masinton. Namun juga, boleh jadi Emelia sangat mencintai Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta. Emelia dan kawan-kawan tahu, kalau Risma ke Jakarta Ahok bisa terjungkal sehingga mereka khawatir akan kehilangan dua-duanya.
Tentu saja yang kecewa paling berat atas batalnya Risma ke Jakarta adalah Wisnu Sakti Buana yang kini menjabat Wakil Walikota Surabaya alias wakilnya Risma. Mengapa kecewa? Ya karena dia tidak bakal bisa jadi Walikota secepatnya, tidak bisa secara instan menggantikan kedudukan Risma sebagaimana Ahok menggantikan Jokowi pada level gubernur.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews