Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menganggap Indonesia sebagai salah satu provinsi yang dimiliki negaranya, Turki. Perasaan Indonesia sebagai provinsi ke-82 Turki ini terkait permintaan langsung Erdogan melalui Kedutaan Besar Republik Turki (KBRT) di Jakarta untuk menutup sembilah sekolah yang disinyalir berafiliasi ke Organisasi Teroris Fethullah (FETO).
Menyadari kekeliruannya, Erdogan buru-buru menarik pernyataannya bahwa Indonesia sebagai salah satu provinsi milik Turki hanyalah sekadar mimpinya. Kemungkinannya Erdogan tertidur di kursi Istana setelah kekenyangan makan kebab kambing, lalu tersadar kalau itu cuma mimpi.
Menurut Erdogan melalui KBRT (jangan dicampuradukkan dengan KDRT, Red.) yang dirilis melalui website resmi, Kamis 28 Juli 2016, terdapat sembilan sekolah di Indonesia yang dinyatakan terafiliasi dengan FETO
Ke-9 sekolah di Indonesia yang dianggap berafiliasi ke FETO itu adalah Sekolah Pribadi Depok, Sekolah Pribadi Bandung, Sekolah Semesta Semarang, Sekolah Kharisma Bangsa, Sekolah Kesatuan Bangsa, Sekolah Fatih Banda Aceh, Sekolah Teuku Nyak Arif Fatih Banda Aceh, Sragen Bilingual Boarding School, dan Banua Bilingual Boarding School, Kalimantan Selatan.
Dikutip dari kantor berita Angkara, Erdogan telah mengeluarkan keputusan menutup 1.043 sekolah, 1.229 yayasan, 35 institusi medis, 19 perkumpulan, dan 15 universitas yang berkaitan dengan Fethullah Gulen menyusul "kudeta" yang gagal.
Selain Indonesia, ternyata ada beberapa negara yang diklaim Erdogan sebagai provinsinya dan diminta agar menutup sekolah karena dugaan afiliasi dengan teroris Turki, di antaranya Yordania, Azerbaijan, Somalia, dan Nigeria.
Terkait permintaan Erdogan ini, Kementrian Luar Negeri RI mengeluarkan pernyataan resmi sebagai berikut:
"Indonesia tidak pernah ikut campur urusan dalam negeri negara lain dan demikian juga sebaliknya... Sekolah yang ada di Indonesia tunduk sepenuhnya kepada aturan hukum Indonesia... (bukan aturan hukum negara lain). Khusus kerjasama dengan Pasiad dapat disampaikan bahwa kerjasama sudah berakhir alias sudah tidak ada sejak Desember 2015."
Yang menarik, berdasarkan pantauan langsung PepNews! adalah para pendukung sekaligus pemuja Erdogan di Indonesia yang mendadak bungkam seribu bahasa atas permintaan pujaannya agar sembilan sekolah yang dianggap berafiliasi ke FETO ditutup.
Bahkan di antara pendukung dan pemujanya banyak yang keceplosan mengutuk dan memaki balik Erdogan. Hal itu mereka lakukan setelah menyadari anak-anak atau saudara-saudaranya bersekolah di 9 sekolah yang diminta Erdogan ditutup karena dianggap teroris itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews